Pengantar Ilmu Sosial
Pendidikan IPS FITK-UIN Syahid Jakarta 2008
m. farid, M.Si
SOSIOLOGI
ILMU SOSIAL
Lahir dan Berkembangnya Sosiologi
Kekuatan Intelektual
Kekuatan Sosial
A. Kekuatan Intelektual
Periode Filsafat
Positivisme
Periode Pencerahan Sosiologi
B. Kekuatan Sosial
Revolusi Politik
Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme
Kebangkitan Sosial
Feminisme
Urbanisasi
Perubahan Agama
Pertumbuhan Sains
A.1. Periode Filsafat
(1) Plato (Filosof Romawi 429 -347 SM)
Mulai menelaah masyarakat secara sistematis.
Ia ingin merumuskan suatu bentuk teori tentang negara yang dicita-citakan melalui pengamatan yang kritis terhadap sitem-sistem sosial.
“Masyarakat merupakan refleksi dari manusia sebagai individu”.
Ada tiga unsur individu; nafsu, semangat (motivasi), intelegensia.
Plato (lanjutan…)
Bila salah satu dari ketiga unsur ini terganggu maka terjadilah kegoncangan atau ketidak seimbangan jiwa.
Intelegensia merupakan unsur pengendali.
Seyogianya suatu Negara merupakan refleksi dari ketiga unsur tadi yang harus seimbang.
Plato (lanjutan…)
Dengan menganalisa lembaga-lembaga dalam masyarakat, Plato akhirnya merumuskan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga tersebut sebagai satu kesatuan yang total dan menyeluruh. Dari sini Plato merumuskan teori tentang masyarakat yang mencakup kehidupan ekonomi dan sosial. Kemudian masyarakat berdinamika karena adanya sistem hukum yang diidentikkan dengan moral. = keadilan
Periode Filsafat (Lanjutan…)
(2) Aristoteles (384 – 322 SM)
Ia mengikuti teori organis Plato, namun dia lebih melihat masyarakat secara politik.
Ia menganalisa lembaga-lembaga politik dalam masyarakat dan memberikan arti yang luas terhadap politik. Poltik mencakup ekonomi dan sosial. Kesamaanya dengan Plato adalah menganalogikan masyarakat dengan organisma biologi manusia. Dan juga tetap menekankan bahwa basis masyarakat adalah moral. Bukunya yang tekenal „Politics“.
Periode Filsafat (Lanjutan…)
(3) Filosof Arab “Ibnu Khaldun” (1332 – 1406) abad pertengahan
Faktor yang menyebabkan bersatunya manusia adalah rasa solidaritas, sehingga muncul ikatan-ikatan dan usaha-usaha bersama.
Satu-satunya yang memisahkan politik dari moral adalah N. Machiavelli. Dia hanya menganalisa bagaimana mempertahankan kekuasaan, sehingga terjadi pendekatan mekanis terhadap manusia tidak lagi pendekatan organis. Teorinya memusatkan masalah-masalah sosial politik pada mekanisme pemerintahan.
Periode Filsafat (Lanjutan…)
(4) Hobbes (1588 – 1679) Abad ke 17
Beliau terinspirasi dari hukum-hukum alam seperti fisika dan matematika.
Secara alamiah kehidupan manusia didasarkan kepada keinginan-keinginan yang mekanis sehingga manusia selalu berkelahi (konflik). Namun manusia menyadari bahwa damai jauh lebih baik. Damai baru dapat terujud bila manusia memiliki kontrak dengan penguasa yang dapat memelihara kedamaian. Artinya semua orang harus sepenuhnya mematuhi penguasa agar masyarakat berfungsi secara idealnya.
Periode Filsafat (Lanjutan…)
(5)John Locke (1632 – 1704) dan JJ Rousseau (1712 – 1778) Filosof abad ke 18
Mereka masih berpegang pada konsep kontrak sosial Hobes.
John Locke menganggap bahwa manusia memiliki hak azazi seperti hak hidup, kebebesan, dan harta benda. Kontrkak antara masyarakat dengan penguasa berdasakan faktor pamrih. Bila penguasa gagal memenuhi syarat-syarat kontrak maka masyarakat berhak memilih pihak lain sebagai penguasa.
Periode Filsafat (Lanjutan…)
Rousseu, Kontrak masyarakat dengan penguasa menimbulkan suatu kolektivitas yang memiliki cita-cita sendiri yaitu keinginan umum yang berbeda dengan keinginan individu.
Periode Filsafat (Lanjutan…)
(6) Saint Simon (1760 – 1825) masuk awal abad ke 19
Manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok.
Ilmu Politik merupakan ilmu yang positif. Artinya bahwa masalah-masalah politik harus dipelajari dan dianalisa dengan metode-metode yang lazim dipakai terhadap gejala-gejala lain (alam). Masyarakat bukanlah semata-mata sebagai kumpulan orang-orang yang bertindak karena sesuatu, tetapi atas dasar keinginan masing-masing. Kumpulan itu hidup karena dorongan organ-organ yang mendorong manusia melaksanakan fungsi-fungsi tertentu.
Periode Positifistis
Positivisme adalah;
“Paham flsafat yang membatasi pengetahuan (kebenaran) manusia terhadap hal-hal yang bisa diperoleh dengan metoda ilmu pengetahuan”.
“Auguste Comte” Bapak Positivisme
Periode Positifistis (lanjutan...)
Positivisme adalah ajaran bahwa hanya fakta yang dapat diuji yang melandasi pengetahuan yang sah. Maka model teologis dan metafisika dianggap sebagai permainan kata atau spekulasi liar. Sehingga Comte menolak cara berfikir orang purba yang menjadikan agama sebagai penginterpretasi terhadap gejala-gejala.
Periode Positifistis (lanjutan...)
Gagasan tentang perspektif ilmu pengetahuan dalam mengkaji prilaku manusia muncul pada pertengahan abad ke - 19 dari seorang filosof Perancis “Auguste Comte” (1798 – 1857). Tujuan Comte adalah membangun perspektif sosiologi dalam satu fondasi positivistic dengan ilmu-ilmu alam.
Periode Positifistis (lanjutan...)
Orang yang pertama menggunakan istilah sosiologi adalah “Auguste Comte” (filsuf perancis 1798 – 1857)
Beliau menyadari bahwa sudah saatnya masyarakat dan gejala-gejalanya diteliti secara ilmiah.
Akhirnya beliau menamakan ilmu tersebut dengan “sosiologi” (1839).
“socius” = kawan (latin) dan “logos” = kata atau bicara (yunani). Jadi sosiologi adalah berbicara tentang masyarakat. Secara sempurna sosiologi lahir melalui tulisan Comte “Positive – Philosophy” (1842)
Periode Positifistis (lanjutan...)
Comte yakin bahwa setiap ilmu, sebagaimana halnya pemikiran manusia secara umum merupakan perkembangan melalui tiga tahap.
Perkembangan tersebut adalah;
1. theological,
2. metaphysical,
3. dan scientific atau positivistic.
Periode Positifistis (lanjutan...)
Teologi
Manusia menafsirkan gejala-gejala sekitarnya secara teologis, di mana kekuatan-keuatan Supranatural atau penguasa ghaib (dewa, tuhan) lah yang mengendalikan semua gejala tersebut.
Periode Positifistis (lanjutan...)
Metafisika
Semua gejala tidak lagi dilihat sebagai pengaruh lansung dari Supranatural (roh, dewa, tuhan). Akal budi manusia ikut mencari pengertian dan kebenaran dengan membuat abstraksi-abstraksi dan konsep-konsep metafisik.
Menurut Comte, tahap kedua ini hanya modifikasi saja dari tahap pertama.
Periode Positifistis (lanjutan...)
Kalau dahulu „yahweh“ lah yang disangka menerbitkan mata hari, menurunkan hujan, penyebab sakit, sembuh, dan mati. Namun sekarang hukum alam, kodrat manusia, kekuasaan ilahi, keharusan mutlak (nasib) disebut sebagai penyebab.
Menurut comte penerangan metafisik belum menghasilkan pengetahuan baru. Hanya ganti nama saja. Kita belum bisa tahu apa itu hukum alam, kodrat manusia, kekuasaan ilahi, nasib. Namun bukti bahwa ada pergeseran cara berfikir memenag ada.
Periode Positifistis (lanjutan...)
Positivisme
Pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan hukum-hukum yang dapat diuji dan dibuktikan secara empiris. Dalam positifisme agama harus ditinggalkan dalam melihat gejala alam dan yang berperan adalah akal budi (intelektual) dengan pembuktian empirik.
Kalau dulu gereja, katedral dll menjadi jantung kehidupan masyarakat, kini berubah ke universitas, bank dan kawasan industri.
Periode Positifistis (lanjutan...)
Ilmu pengtetahuan positif oleh Comte, adalah „ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatian kepada gejala-gejala yang nyata dan konkrit tanpa ada halangan dari pertimbangan lainnya“. Maka dimungkinkan memberikan penilaian secara positif sejauh mana ilmu dapat mengungkap kebenaran.
Periode Positifistis (lanjutan...)
Hirarkhi ilmu menurut comte:
Matematika,
astronomi,
fisika,
ilmu kimia,
biologi,
sosiologi.
(...psikologi..)
Sosiologi merupakan studi positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala-gejala sosial
Periode Positifistis (lanjutan...)
Istilah sosiologi semakin populer ketika Herbert Spencer (filosof Inggris) mengembangkan sistematika penelitian masyarakat dalam bukunya „Principles of Sociology“.
Sosiologi berkembang pesat dalam abad ke 20, terutama di perancis,jerman, dan amerika walaupun arah perkembangannya berbeda-beda di setiap negera tersebut
Lanjutan…
Sosiologi merupakan usaha penerapan (pemakaian) ilmu pengetahuan dalam memahami prilaku manusia
Filsafat berkebang sesuai dengan bidang-bidang yang ditekuninya.
Filsafat alam menjadi fisika, astronomi (ilmu tentang bintang),
Filsafat logika menjadi matematika,
Kemudian kimia, biologi, dan geologi juga memisahkan diri dari filsafat.
Pada tahap kedua (abad ke 19)
Filsafat munusia (kejiwaan) menjadi Psikologi
Filsafat sosial menjadi sosiologi.
B.1.Revolusi Politik
Revolusi Perancis 1789 dan Revolusi spjg abad 19.
Perubahan : Positif & Negatif
~ chaos
~ masalah ketertiban sosial
B.2.Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme
Berlangsung di Eropa terutama di abad ke-19 dan awal abad ke-20
Sistem Pertanian Industri
Muncul :
Birokrasi Ekonomi unt melayani kebutuhan industri & ekonomi kapitalis
Pasar Bebas
Revolusi Industri (lanjutan…)
Akibat Birokrasi Ekonomi & Pasar Bebas :
Ada yang untung besar
Ada yang kerja keras upah rendah
Muncul reaksi menentang Sist Industri & Kapitalis (Gerakan Buruh)
Sosiologi
(Karl Marx, Max Weber, Durkheim, G Simmel)
B. 3. Kebangkitan Sosial (sosialisme)
Upaya menetang kapitalis muncul “Sosialisme” oleh Karl Marx
Sosilaisme ditentang oleh Weber & Durkheim
(lebih baik reformasi kapitalis dari pada revolusi sosial, Mereka lebih khawatir dengan sosialisme)
B. 4. Urbanisasi
Akibat Revolusi Industri muncul
“URBANISASI”
(Msl. Penduduk, polusi, lalulintas, dll)
George Simmel
Mazhab Chicago (Sosiologi Amerika)
(Perhatian terhadap msl. Kota Chicago)
B. 5 Perubahan Agama
Revolusi Politik, Industri, & Urbanisasi Berpengaruh besar thd “RELIGIUSITAS”
Mereka membawa cara berfikir kehidupan keagamaan ke dalam sosiologi.
(Weber)
B. 6. Feminisme
Perempuan disubordinasikan
Sejak 1630-an – 1790-an ada gerakan perempuan (feminisme)
Tahun 1850-an puncaknya:
Menentang Perbudakan
Mendukung hak politik kelas menengah
Mobilasasi hak pilih perempuan (awal abad ke 20)
B. 6. Feminisme (lanjutan…)
Banyak muncul tulisan-tulisan & tokoh feminisme (Jane Adams, Florence Kelly)
Tetapi dikesampingkan oleh penguasa sosiologi seperti Spencer, Weber, & Durkheim.
Baru tahun 1982 (Rosenberg) muncul lagi Isu Gender
B. 7. Pertumbuhan Sains
Terpengaruh perkembangan ilmu-ilmu alam
(dengan metode ilmu pengetahuan & positifisme)
Muncul keinginan menerapkannya thd kajian masyarakat. Muncul “SOSIOLOGI” oleh Auguste Comte.
Paradigma ilmiah
Paradigma = “Intelektual Komitmen”
(Citra fundamental dari pokok permasalahan suatu ilmu pengetahuan)
Apa yg harus dipelajari
Pernyataan apa yg harus dikemukakan
Kaidah apa yg harus diikuti dalam menemukan kebenaran (makna & teori)
Pengertian Paradigma (awal)
Robert Friedrichs :
“Pandangan mendasar dari satu disiplin Ilmu tentang apa yg menjadi pokok persoalan yg mestinya dipelajari“
Thomas Khun :
“Kerangka keyakinan (komitmen intelektual) yg terbatas dalam kegiatan keilmuan”
Skema Perubahan Paradigma (Thomas Khun)
Ilmu Pengetahuan berkembang dengan “Paradigmanya”
Paradigma I Normal Science Anomalics
(Pra Ilmu) (Ilmu Biasa)
Revolusi Krisis
Paradigma II Krisis Baru
(Ilmu Biasa Baru)
Paradigma Sosiologi
Paradigma Fakta Sosial
Paradigma Defenisi Sosial
Paradigma Prilaku Sosial
Selasa, 30 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar