Selasa, 30 Juni 2009

Perkembangan Antropologi

Pendidikan IPS FITK-UIN Syahid Jakarta 2008
m. farid, M.Si
Perkembangan Antropologi

Fase Pertama (Sbl. Abad 19)
 Akhir abad 15 - awal abad 16 Bangsa Eropa mendatangi suku-suku bangsa di Afrika, Asia, dan Amerika.
 Mereka membuat deskripsi ttg adat, struktur masyarakat, bhs, dan ciri fisik dari bangsa non-Eropa. (Etnografi)
 Fase ke-Tiga (Lanjutan…)
 Antropologi jadi ilmu yg praktis dengan tujuan:
 “ Mempelajari masyarakat dan kebudayaan di luar Eropa untuk kepentingan pemert kolonial dan untuk memahami masyarakat kini yang kompleks”

 Fase ke-Empat (Sejak Tahun 1930)
 Perhatian antropologi tidak lagi diarahkan kepada bangsa-bangsa di luar Eropa saja, tetapi juga masyarakat pedesaan di Eropa dan Amerika.

 Dirumuskan 2 tujuan antropologi (akademis dan praktis)
• Praktis : “Mempelajari manusia dalam aneka warna fisik, masyarakat dan kebudayaan untuk membangun masyarakat suku-bangsa itu sendiri”.

 Pengertian Antropologi
 Antropologi Ilmu ttg “manusia” (anthropos)
Kekhasan antropologi kajian dilakukan secara terintegrasi dengan ilmu-ilmu lain
Lingkup Kajian Antropologi:
 Inggris : Antropologi = Etnologi
“Antopologi Sosial”
 Amerika : Fisik dan Sosial
“Antropologi Budaya”
 Eropa Barat : Khusus ttg ras manusia dari sisi ciri-ciri fisik.

PARADIGMA dalam ilmu sosial

Pengantar Ilmu Sosial
Pendidikan IPS FITK-UIN Syahid Jakarta 2008
m. farid, M.Si

PARADIGMA dalam
ilmu sosial

 Paradigma ilmiah
Paradigma = “Intelektual Komitmen”
(Citra fundamental dari pokok permasalahan suatu ilmu pengetahuan)
 Apa yg harus dipelajari
 Pernyataan apa yg harus dikemukakan
 Kaidah apa yg harus diikuti dalam menemukan kebenaran (makna & teori)
 Pengertian Paradigma (awal)
Robert Friedrichs :
“Pandangan mendasar dari satu disiplin Ilmu tentang apa yg menjadi pokok persoalan yg mestinya dipelajari“
Thomas Khun :
“Kerangka keyakinan (komitmen intelektual) yg terbatas dalam kegiatan keilmuan”
 Skema Perubahan Paradigma (Thomas Khun)
Ilmu Pengetahuan berkembang dengan “Paradigmanya”

Paradigma I Normal Science Anomalics
(Pra Ilmu) (Ilmu Biasa)

Revolusi Krisis


Paradigma II Krisis Baru
(Ilmu Biasa Baru)
 Paradigma Ilmu Sosial
• Positivisme (evolusionisme, neo-evolusionisme, fungsionalisme, neo-fungsionalisme, strukturalisme, materialisme budaya, antropologi psikologi)
• Interpretivisme (antropologi simbolik, fenomenologi, interaksi simbolik)
• Kritik (teori konflik, feminisme)
 Positivisme
• Pendangan yg dipengaruhi empirisme filsafat
• Realitas sgl sesuatu yg dpt diterima akal, kenyataan berada di luar manusia, objektif, bersandar pada aturan, alamiah.
• Realitas didefenisikan sama oleh setiap orang dlm masyarakat
• Tujuannya mencari kebenaran dg cara generalisasi hukum-hukum (deduktif)
 Ilmu Pengetahuan Menurut Positivisme
• Didasarkan pd aturan dan prosedur yg ketat, tdk spekulatif
• Bersifat deduktif, dari umum ke spesifik dan konkrit
• Bersifat nomotetis, bersandar pada hukum kausal
• Bersandarkan pd pengetahuan yg didasarkan pd akal
• Terpisah dari fakta yg berasal dari nilai (bebas nilai) – Sarantakos (1993)
 Interpretivisme
• Inti gagasannya bhw anggota-2 masyr saling memiliki & menghayati bersama suatu sistem simbol dan makna (kebudayaan)
• Untuk beriteraksi seseorang memiliki gagasan yg dipercayai org lain, harapan & respon yg sama
• Kenyataan diciptakan oleh aktor melalui pemberian makna thd peristiwa
• Makna subjektif, keteraturan prilaku muncul sbg kovensi sosial
• Tujuannya memahami makna yang ada dibalik prilaku.
 Ilmu Pengetahuan Menurut Interpretivismean
• Dasar unt memahami peristiwa & manusia bkn ilmu pengetahuan dlm arti positivisme, tetapi akal sehat
• Pendekatan induktif, dari konkrit ke umum (abstark)
• Bkn nomotetis, tetapi mengungkap kenyataan secara deskriptif
• Pengatahuan bkn dr akal saja, tetapi merupakan pemahaman makna dan interpretasi
• Tidak bebas nilai - (Sarantakos – 1993)
 Kritikal
• Manusia berpotensi unt mencipta, kreatif, dan menyesuaikan
• Nmn ia dibatasi olh faktor sosial & kondisi, diekploitasi olh penguasa bhw kenyataan mereka sdh betul & dpt diterima
• Kenyataan diciptakan manusia, kenyataan tdk berada dlm keteraturan tetapi dalam konflik shg dunia selalu berubah
• Jika positivis percaya bhw realitas adl struktur objektif, dan interpretivis mlht-nya sbg struktur subjektif, maka kritikal berada di antara keduanya “meskipun makna subjektif itu penting, namum hubungan-2 objektif tdk dapat diabaikan
 Lingkup Kajian Sosiologi
 Objek kajiannya “masyarakat”. (Masih dalam kungkungan Filsafat Positivisme Comte dan H. Spencer)
 Dipertegas Oleh Durkheim (dibawa ke dalam dunia empiris)
”Objek kajian sosiologi adalah ”Fakta Sosial”, yang mencakup struktur sosial dan pranata sosial”
 Perkembangan Paradigma Sosiologi
 Paradigma Fakta Sosial
(Berangkat dari kerangka berfikir Durkheim)
 Paradigma Defenisi Sosial
(Berangkat dari kerangka berfikir Max Weber tentang “Tindakan Sosial”)
 Paradigma Prilaku Sosial
(Memakai kerangka berfikir bhw prilaku yg berlangsung dlm satu lingkungan berpengaruh terhadap prilaku berikutnya)
 Paradigma Antropologi
Kerangka besar Antropologi adalah: “Memahami manusia yang di dalamnya ada paradigma-2 khusus”

Dalam paradigma-2 itu ada fakta-2 & eksplanasi khusus yang membangun bentuk-bentuk kajian antropologi
 Paradigma & Kerja Antropolog
Unt membangun pemahaman ilmiah ttg mausia ada 2 tugas antropolog :
 Mengkonstruksi paradigma yg bermakna & produktif unt menjelaskan fenomena manusia;
 Mempertajam paradigma tersebut dg analisis kritis dan komparatif
(Carol Ember; 1996)
 Antropologi Ilmu Multiparadigma
Tdk ada kesepakan ttg jumlah paradigma Antropologi, namun setidaknya dapat kemukakan sebagai berikut :
 Evolusionisme Klasik
 Difusionisme
 Partikularisme Historis (Franz Boas, Etnografi tertentu)
 Struktural Fungsionaisme (R Brown, Analogi Biologi)
 Strukturalisme (Levi-Strauss, Struktur pikiran mns cermin kbdy)
 Antropologi Psikologi (*)
 Materialisme Kebudayaan (*)
 Evolusionisme Klasik
Menelusuri perkembangan kebudayaan sejak yg paling primitif sp yg mutakhir (kompleks).
(Lewis Hendri Morgan – 1977; Edwar B Taylor – 1871)
Lihat: Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, jilid I, Bab 3 hal 31;
Fedyani Saefuddin, Antropologi Kontemporer, Bab 4 hal 97
 Difusionisme
Populer di Inggris & Jerman; Menjelaskan kesamaan-kesamaan dari berbagai kebudayaan; Tokoh:
Eropa, Fritz Graebner – 1971, Wilhelm Schmidt – 1939
Amerika, Clark Wissler – 1917, Alfred Kroeber – 1939
Lihat: Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, jilid I, Bab 6 hal 110;
 Antropologi Psikologi
Muncul di Amerika (1920) dikenal dg ”Kebudayaan dan Kepribadian”
Mengekspresikan diri dlm 3 topik besar:
 Hubungan kebudayaan dan hakikat manusia;
 Hubungan kebudayaan dan kepribadian individu;
 Hubungan kebudayaan dan tipe kepribadian khas masyarakat
 Arah Kajian Antropologi Psikologi
1. Konsep-konsep dan teori-teori psikologi dikembangkan dalam realitas kebudayaan; (contoh: Gejala Masalah Akil Baligh; Margaret Mead)
2. Watak khas yang dipancarkan oleh satu kebudayaan atau komunitas; (contoh; Teori Pola Kebudayaan; Ruth F. Benedict)
 Materialisme Kebudayaan
Berusaha menjelaskan sebab-2 kesamaan dan perbedaan sosial budaya
Tokoh:
Leslie White – 1959; Julian Steward – 1955
Dikenal juga dg “Neo-Evolusionisme” atau “Ekologi Budaya”
Terakhir dikembangkan oleh Marvin Haris – 1979.
 Metode Ilmiah Antropologi

1. Pengumpulan Fakta
(observasi, catat, olah, deskripsi fakta-2 yang hidup)
* sifat kualitatif
* holistik
 Metode Ilmiah Antropologi (Lanjutan…)
2. Penentuan Ciri Umum & Sistem
* klasifikasi, membandingkan
(cari ciri-2 yg sama, umum)
* induktif (dari khusus ke umum)
 Metode Ilmiah Antropologi (Lanjutan…)
3. Verifikasi (Pengujian)
(menguji kaidah umum yang tlh dirumuskan atau memperkuat pengertian)

* deduktif (dr umum ke khusus)
* kualitatif, (pentingkan makna)
Pengantar Ilmu Sosial
Pendidikan IPS FITK-UIN Syahid Jakarta 2008
m. farid, M.Si
SOSIOLOGI Perancis
Tiga tokoh utama:
Claude Henri Saint-Simon (1760 – 1825)
Auguste Comte (1798 – 1857)
Emile Durkheim (1858 – 1917)

Claude Henri Saint-Simon (1760 – 1825)
Beliau adalah gurunya A. Comte

Peran Penting Simon:
 Pengembangan teori Sosiologi konservatif
 Pengembangan teori Marxian Radikal

Dari sisi Teori Konservatif

 Ingin mempertahankan kehidupan masyarakat seperti apa adanya
 Tapi tidak ingin kembali ke kehidupan abad pertengahan.
 Karena ia seorang positivistis, ia yakin bahwa fonomena sosial sebaiknya dikaji dengan metoda ilmiah
 Dari sisi Teori Radikal
 Perlu reformasi sosialis terutama dalam hal sentralisasi perencanaan ekonomi
 Tidak berfikir sejauh yang dilakukan Marx
 Walaupun ia melihat kapitalis akan menggantikan bangsawan feodal, namun ia tdk membayangkan bahwa kelas buruh akan menggantikan kapitalis.


“Auguste Comte” Bapak Positivisme dan yang pertama menggunakan istilah “sosiologi” (1839)

Walaupun ia banyak dipengaruhi pemikir katolik Perancis (Bonald & de Maistre), tapi ia dapat lepas dari pengaruh dua pemikir tsb.


 A. Comte (lanjutan…)
Setidaknya terlihat dari dua alasan:
 Ia tdk berfikir ttg kemungkinan kembali ke abad pertengahan, karena ada faktor kemajuan ilmu dan industri.
 Ia mengembangkan teori yang lebih canggih dari pendahulunya untuk kajian sosiologi awal.
 A. Comte (lanjutan…)
Sosiologi = Fisika Sosial :
 Mempelajari “social static” yaitu struktur sosial yang ada.
 Mempelajari “social dynamic”, yaitu dinamika dan prubahan sosial.
“Dua-2nya unt menemukan hukum-2 sosial, tetapi yang kedua lebih penting”
 A. Comte (lanjutan…)
 Ia sangat memperhatikan reformasi sosial, terutama akibat dari Revolusi Perancis.

 Comte lebih menginginkan evolusi masyarakat dari pada revolusi.
 A. Comte (lanjutan…)
Landasan pendekatan Comte yaitu teori evolusi sosial, “bahwa setiap ilmu, masyarakat, individu, bahkan pemikiran manusia berkembang melalui tiga tahap;
1. theological,
2. metaphysical,
3. dan scientific atau positivistic.
 Teologi (Sbl era 1300 M)
Manusia menafsirkan gejala-gejala sekitarnya secara teologis, di mana kekuatan-keuatan Supranatural atau penguasa ghaib (dewa, tuhan) lah yang mengendalikan semua gejala tersebut.
(tokoh agama dan keteladanannya jadi dasar kehidupan sosial)
 Metafisika (1300 – 1800 M)
 Semua gejala tidak lagi dilihat sebagai pengaruh lansung dari Supranatural (roh, dewa, tuhan). Akal budi manusia ikut mencari pengertian dan kebenaran dengan membuat abstraksi-anstraksi dan konsep-konsep metafisik.
 Kekuatan abstraklah yang menjelaskan segala sesuatu, bukan dewa-dewa.
 Positifistik (1800 M)
 Pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan hukum-hukum yang dapat diuji dan dibuktikan secara empiris. Dalam positifisme agama harus ditinggalkan dalam melihat gejala alam dan yang berperan adalah akal budi (intelektual) dengan pembuktian empirik.
 Kalau dulu gereja, katedral dll menjadi jantung kehidupan masyarakat, kini berubah ke universitas, bank dan kawasan industri.
 Positifistik (lanjutan...)
Ilmu pengtetahuan positif oleh Comte, adalah „ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatian kepada gejala-gejala yang nyata dan konkrit tanpa ada halangan dari pertimbangan lainnya“. Maka dimungkinkan memberikan penilaian secara positif sejauh mana ilmu dapat mengungkap kebenaran.
 Emile Durkheim (1858 – 1917)
Salah seorang tokoh utama dalam perkembangan sosiologi sebagai satu disipli ilmu (akademis)
Pikiran utama beliau diakitkan dengan dua hal pokok:
 Otonomi sosial, sebagai tingkat realitas yang khas yang tidak dapat direduksi menjadi wilayah-wilayah psikologis individu,sehingga memerlukan penjelasan berdasarkan kerangkanya sendiri.
 Krisis modernitas, yang setidaknya ditandai dengan putusnya ikatan-ikatan sosial tradisonal yang disebabkan oleh indistrialisasi dan individualisme.

 Emile Durkheim (lanjutan...)
Dua hal tersebut sangat berkaitan erat, di mana masalah-masalah yang timbul karena runtuhnya tatanan sosial tradisional hanya akan dapat diatasi dengan pendekatan ilmiah dalam memahami masyarakat dan proses sosialnya.
 Kerangka Berfikir Durkheim-1
 Psikologi, biologi, atau ilmu alam lainnya telah gagal menjelaskan dengan lengkap masalah prilaku (kelakuan) manusia
 Kerangka Berfikir Durkheim-1
Dalam bukunya „De la Division du Travail Social“ (tesisnya tentang pembagian kerja)
 Peroses diferensiasi sosial yang membawa masyarakat dari serba sama menjadi pluralistis tidak memadai dijelaskan dengan faktor psikologis dan ilmu alam lainnya.
 Keinginan orang untuk maju, hidup lebih mewah dan bervariasi memang merupakan faktor psikologis yang dapat mendorong perubahan dari sederhana ke bentuk yang pluralistis, namun hal itu tidak cukup untuk membawa kita kepada suatu pengertian yang lengkap
 Kerangka Berfikir Durkheim-1
 Karena itu Dimunculkannya teori „Pembagian Kerja Sosial“

Dalam teori ini ia menjelaskannya dengan melihat latar belakang munculnya masyarakat pluralistis
 Masyarakat kuno bercirikan „Solidaritas Mekanis“

 Kesadaran individu lemah,
 Sebaliknya kesadaran kolektif menguasai sebagian besar kehidupan orang.
 Kepercayaan, perasan, prilaku yang sama mempersatukan mereka.
 Apa yang dicela oleh yang satu, semua ikut mencela.
 Masyarakat Modern bercirikan “Solidaritas Organis”

 Perbedaan antara individu justru membuat mereka bersatu, karena saling membutuhkan dan saling ketergantungan.
 Individualistis menonjol, kesadaran kolektif tidak lagi menguasai kehidupan. Masyarakat semakin tidak berhak mencampuri urusan pribadi.
 Masyarakat menghargai kebebasan, bakat, prestasi, karir individu, sehingga mendasari struktur masyarakat pluralistis. Penghargaan ini tidak muncul dengan sendrinya dari individu, tetapi datang dari masyarakat.
 Konsekuensi Masyarakat Modern
 Pembagian kerja muncul dari perubahan individu di bawah proses sosial.
 Keunikan pribadi-pribadi yang mendasari masyarakat modern menimbulkan bermacam-macam lapangan kerja.
 Lanjutan……
 Masyarakat individual tidak akan bisa bertahan tanpa kesadaran kolektif. „Nilai-nilai budaya, norma, dirumuskan sedemikian rupa sehingga mudah diinternalisasi oleh individu yang berbeda-beda“. Diperlukan organisasi-2 profesi untuk membantu proses internalisasi kesadaran kolektif.
 Karena pembagian kerja merupakan menifestasi dan konsekuensi dari perubahan nilai-nilai sosial, maka gejala itu harus diterangkan dengan gejala sosial lainnya.

 Kerangka Berfikir Durkheim-2
 Dalam bukunya „ Le Suicide“, Durkheim menjelaskan bahwa kasus bunuh diri merupakan gejala sosial. Ia menjelaskan:
bahwa faktor-faktor psikis seperti; putus asa, patah hati, rasa bosan, dan lain sebagainya tidak mampu memberikan penjelasan yang memadai tentang angka statistik bunuh diri.
 Lanjutan…
Dimunculkannya Teori „Penyebab utama abnormalitas adalah anomi dan ketimpangan terstruktur“

1. Tiadak ada peraturan yang sesuai dengan situasi kehidupan yang berubah.
2. Adanya kelas sosial yang memproduksi hak-hak istimewa turun temurun.
 Contoh kasus bunuh diri
Bunuh diri oleh Durkheim dilihat dari beberapa faktor, sehingga dia membedakan bunuh diri menjadi tiga tipe;
 Egois
 Altruistis
 Anomis
 Penjelasan…
 Faktor egoistis dan hidup sendiri; tidak menerima bantuan dari grup, hidup di luar grup. Ketika mentok jadi bunuh diri.
 Faktor Altruistis; mau mati demi kepentingan umum, karena saking kuatnya integritas sosial. (Kebalika dari egois)
 Faktor Anomis; karena kekaburan norma atau tanpa norma, kehilangan cita-cita, harapan, dan tujuan hidup. Penyebabnya bisa musibah.

 Kerangka Berfikir Durkheim-3
Agama tidak akan dapat dipahami dengan baik dan utuh kalau dilihat bahwa agama berdasarkan ketergantungan manusia dengan alam, atau rasa takut seperti pada agama animisme.

Teori asal-usul agama khas sosiologis.

“Agama dipandang sebagai fakta sosial, maka dalam mengkaji agama dimulai dengan melihat agama yang paling primitive sebagai dasar atau prototype untuk agama-agama lain”.
 Terimakasih…………….

teori pendidikan

Taksonomi of education Benjamin S Bloom
Suatu teori pendidikan yang tersusun berbagai domain,setiap domain itu dibagi kembali
kedalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarki. Taksonomi Bloom terdiri dari 3 domain:
1. Domain kognitif : lebih berdasar kepada perilaku-perilaku yang berdasarkan pada
intelektualitas.mencakup:
• Pengetahuan (knowledge)
• Pemahaman (comprehension)
• Aplikasi (application)
• Analisis (analysis)
• Sintesis (synthesis)
• Evaluasi (evaluation)
2. Domain afektif: lebih berdasar kepada perasaan dan emosi. Mencakup:
• Penerimaan(receiving)
• Tanggapan (responding)
• Penghargaan (vauling)
• Pengorganisasian(organization)
• Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai(characterization by value or value complek)
3. Domain psikomotor: lebih berdasar kepada personal skill/kemampuan fisik seseorang
• Persepsi (perception)
• Kesiapan(set)
Teori taksonomi ini penting dikarenakan
• Menciptakan suatu perencanaan belajar yang aktif,efektif dan kreatif bagi siswa
• Untuk mengetahui perkembangan siswa dalam belajar.
• Mengevaluasikan efektivitas pembelajaran
• mengembangkan kerangka klasifikasi untuk menulis tujuan pendidikan
Dampak negative apabila pendidik/sekolah tidak menyadari teori Bloom
• Tidak akan bisa melihat keseluruhan dari siswa yang berupa kognitif,afektif, psikomotor.
• Tidak bisa mengembangkan kerangka klasifikasi untuk menulis tujuan pendidikan, dikarenakan
tidak mengetahui hirarki tujuan pendidikan
• Tidak bisa merencanakan perencanaan belajar secara sempurna dikarenakan perencanaan tidak
rinci.
Mastery learning(belajar tuntas)
Suatu proses belajar semua siswa sama jika diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar
yang memadai, dimana semua siswa berbeda dalam kecepatan memahami suatu pelajaran.
Asumsi dasar Mastery learning
Asumsi dasar yaitu siswa tidak ada yang pintar maupun yang bodoh, jadi tidak pembedaan antar
siswa yang pintar dengan yang bodoh. Yang membedakan bagaimana kecepatan antar siswa dalam
memahami suatu pelajaran.
Hal-hal yang meningkatkan hasil pembelajaran menurut konsep Mastery learning yang harus dilakukan
pendidik/sekolah
• Perhatian Guru kesetiap murid per individu secara keseluruhan
• Tidak membedakan murid yang satu dengan murid yang lain
• Memberikan jam tambahan pelajaran dikarenakan untuk memberikan waktu yang cukup untuk
memahami pelajaran
• Jangan melanjutkan ke materi lain jika materi sebelum siswa memahami materi itu
• Memberikan kebebasan waktu dalam mengumpulkan tugas/mengerjakan tugas dikarenakan setiap
siswa dalam memahami berbeda
Hal-hal yang jangan dilakukan oleh para pendidik/sekolah untuk meningkatkan hasil pembelajaran
menurut konsep mastery learning
• Guru jangan memperhatikan satu siswa saja/ memperhatikan siswa yang cerdas tapi harus
memperhatikan seluruh siswa
• Jangan mengejar materi apabila materi sebelumnya belum tuntas
• Menekan siswa untuk mengerjakan tugas/ mengumpulkan tugas tepat waktu
Ralph W Tyler
Buku laid out deceptively-struktur sederhana untuk mengevaluasi dan memberikan
instruksi yang terdiri dari empat bagian yang kemudian dikenal sebagai Tyler alasan:
1. Apa tujuan pendidikan sekolah harus berusaha untuk mencapai? ((Mendefinisikan sesuai
tujuan belajar.)
2. Bagaimana pengalaman belajar dapat dipilih yang mungkin berguna dalam mencapai
tujuan? (Memperkenalkan berguna pengalaman belajar.)
3. Bagaimana pengalaman belajar efektif untuk diorganisir instruksi? (Mengorganisir
pengalaman untuk memaksimalkan pengaruh mereka.)
4. Bagaimana efektivitas belajar pengalaman dievaluasi (Mengevaluasi proses revisi dan
daerah-daerah yang tidak efektif.)
Dari buku ini bisa diambil kesimpulan Teori Ralph W TYLER tentang tahap-tahap
pengembagan kurikulum dan pembelajaran
• Learning objectives: setiap kegiatan yang harus mempunya tujuan yang akan dicapai
• Learning experiences: apa-apa yang harus dipersiapkan dalam setiap kegiatan
• Organization of experiences: hal-hal yang harus didahulukan/ terorganisasinya kegiatan
• Evalutions: evaluasi dari semua kegiatan.
Tujuan menurut Ralph w tyler harus dirumuskan jelas dan spesifik karena Menggunakan
Tujuan untuk merencanakan kegiatan belajar-mengajar untuk beberapa banyak, baik yang
dinyatakan tujuan menyiratkan jenis kegiatan belajar-mengajar yang akan sesuai untuk mencapai
mereka. faktor apa yang mungkin muncul menjadi jelas hubungan antara tujuan dan kegiatan
yang setiap aktivitas instruksional memiliki beberapa tujuan tujuan pengaturan proses adalah
beberapa waktu s dilihat sebagai satu-ke-satu hubungan antara berbagai tingkat tujuan dan
tingkat kegiatan sekolah. Sementara rantai serupa yang terkait adalah tujuan dasar untuk
kurikulum suara perencanaan, pengembang tidak boleh menganggap bahwa kesederhanaan
sepenuhnya mewakili realitas sekolah. Ketika seorang guru yang terlibat dalam mengajar
membaca ia juga harus sadar dan mengajar menuju tujuan-tujuan lain: kemampuan berpikir,
pengetahuan manusia prestasi, hubungan dengan yang lain, konsep diri positif, dan seterusnya.
Evaluasi harus mengacu pada tujuan karena evaluasi digunakan untuk menentukan
keberhasilan/kegagalan kompetensi dasar yang merupakan indikator dari tujuan ,sebenarnya
mereka diharapkan untuk memenuhi kriteria: kejelasan dan pentingnya. Para pendidik,
masyarakat, dan isi yang ahli meninjau tujuan akan ditanya, "Anda memahami apa tujuan ini
berarti? Penting adalah bagaimana para siswa yang belajar di sekolah ini? "Tujuan yang jelas dan
sering dianggap penting walaupun mereka dinyatakan dan hanya sebentar. Bila sasaran telah
diidentifikasi, penilaian nasional anggota staf atau konsultan mengembangkan latihan dirancang
agar definisi operasional yang ditujukan hasilnya. Ketentuan, standar kinerja dan sebagainya
ditetapkan untuk latihan, bukan untuk tujuan.
Menetapkan tujuan yang sulit karena membutuhkan assembling dan beratnya semua
faktor yang harus diperhatikan dalam memilih yang relatif sedikit, namun penting tujuan yang
dapat dicapai dengan keterbatasan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk sekolah.
kebutuhan dan kesempatan masyarakat, kebutuhan siswa, sumber daya dari beasiswa, nilai
demokrasi dan kondisi yang diperlukan untuk belajar efektif harus dianggap.
John Dewey
Hal-hal yang harus dilakukan dalam pendidikan menurut john dewey
1. Pendidikan terfokus pada anak
2. Hands on learning: menyediakan belajar dengan melakukan - membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan di luar buku dan pengajaran didalam kelas.
Belajar dapat terjadi melalui bekerja, bermain dan pengalaman hidup lainnya.
3. Project based learning: semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar
berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
4. Pembelajaran langsung
5. Tujuan pembelajaran untuk menciptakan kemampuan menyelesaikan masalah dengan
kreatif
Hal-hal yang jangan dilakukan dalam pendidikan menurut john dewey
1. Otoriter
2. Pembelajaran yang terlalu kaku
3. Terpaksaan murid
4. Pengetahuan baku
Menurut saya, pembelajaran yang alami/saksikan tidak menerapkan teori John dewey
karena pendidikan john dewey berdasarkan minat siswa, sedangkan pendidikan yang saya
saksikan dan yang saya alami tidak berdasarkan minat siswa, misalnya pendidikan berdasarkan
minat siswa berarti ada yang nama penjurusan kelas yang berdasarkan minat siswa yng berlaku
dari jenjang Sd,Smp dan Sma, sedangkan di Indonesia itu penjurusan kelas itu hanya di SMA
saja.
John Piaget
C. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan
anak, yaitu :
1. kematangan
2. pengalaman fisik / lingkungan
3. transmisi social
4. equilibrium
Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang dialami setiap
individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun berdasarkan studi klinis
terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap perkembangan
kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :
1. tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun ;
2. tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;
3. tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun ;
4. tahap Operasi Formal : 11 keatas.
Sebaran umur pada seiap tahap ersebut adalah rata-rata (sekitar) dan mungkin pula
terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, antara individu
yang satu dengan individu yang lainnya. Dan teori ini berdasarkan pada hasil penelitian di
Negeri Swiss pada tahun 1950-an.
a. Tahap Sensori Motor (Sensory Motoric Stage)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan
anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra)
Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu
ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari
objek yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat.
Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat
perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek
dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan
objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan,
suara binatang, dll.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema
dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa
kanak-kanak ini, anak beum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat
mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.
b. Tahap Pra Operasi ( Pre Operational Stage)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah operasi
yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti
mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan
tertentu (seriation), dan membilang (counting), (mairer, 1978 :24). Pada tahap ini pemikiran
anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika
ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada
tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan
(conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri
anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara
bersamaan.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi
masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja.
c. Tahap Operasi Konkrit (Concrete Operational Stage)
Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, dan
pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan bendabenda
konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk
mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda
secara objek
Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi
hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa
objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika.
Smith (1998) memberikan contoh. Anak-anak diberi tiga boneka dengan warna rambut
yang berlainan (Edith, Suzan, dan Lily), tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi
boneka yang berambut paling gelap. Namun, ketika diberi peranyaan, “Rambut Edith lebih
terang daripada rambut Lily. Rambut siapakah yang paling gelap?” , anak-anak pada tahap
operasional konkret mengalami kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan
menggunakan lambang-lambang.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol
matematis, tetapi belum dapatt menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
d. Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage)
Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara kualitatif.
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang
abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak
mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung.
Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbolsimbol,
ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk
melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan,
memahami konsep promosi.
Sebagai contoh eksperimen Piaget berikut ini :
Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “pak Pendek” dan untaian klip
(penjepit kertas) untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Kemudian ditambahkan penjelasan
dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” itu mempunyai teman “Pak Tinggi”. Lebih lanjut
dikatakan bahwa apabila diukur dengan batang korek api tinggi “Pak Pendek”empat batang
sedangkan tinggi “Pak Tinggi” enam batang korek api.
Berapakah tinggi “Pak Tinggi” bila diukur dengan klip? Dalam memecahkan masalah
diatas, anak harus memerlukan operasi terhadap operasi.
Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kekampuan untuk melakukan
penalaran hipotek-deduktif, yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian hipotesis dan
mengujinya (child, 1977 : 127)
Kesimpulan pada tahap ini adalah :
Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan
tidak dibingungkan oleh isi argument (karena itu disebut operasional formal).
Tahap ini mengartikan bahwa anak-anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang
dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran abstrak
sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya system nilai dan ideal, serta
pemahaman untuk masalah-masalah filosofis.
Cara-cara dalam mengembangkan pendidikan Tk dan SD menurut teori jean piaget
Teori psikologi perkembangan Jean Piaget selama ini telah menjadi rujukan utama
kurikulum TK dan bahkan pendidikan secara umum. Pelajaran membaca, menulis, dan berhitung
secara tidak langsung dilarang untuk diperkenalkan pada anak-anak di bawah usia 7 tahun.
Piaget beranggapan bahwa pada usia di bawah 7 tahun anak belum mencapai fase operasional
konkret. Fase itu adalah fase, di mana anak-anak dianggap sudah bisa berpikir terstruktur.
Sementara itu, kegiatan belajar calistung sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang
memerlukan cara berpikir terstruktur.
Piaget khawatir otak anak-anak akan terbebani jika pelajaran calistung diajarkan pada
anak-anak di bawah 7 tahun. Alih-alih ingin mencerdaskan anak, akhirnya anak-anak malah
memiliki persepsi yang buruk tentang belajar dan menjadi benci dengan kegiatan belajar setelah
mereka beranjak besar.
Persiapan belajar membaca mempunyai tiga unsur pokok. Yaitu minat untuk membaca,
kemampuan membedakan secara visual (bentuk, warna, ukuran) dan kemampuan membedakan
suara-suara. Untuk memupuk minat baca si kecil, orangtua bisa melatihnya dengan memberikan
dan membacakan buku-buku cerita dengan gambar yang menarik.
Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak.
Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk
mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun
psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk
bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di
sekitarnya.
Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan
dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan
belajar melalui bermain.
Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang
dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan
minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal
berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan
bermakna bagi anak.
. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan.
Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan
bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.
Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahanbahan
yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari
konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik
hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berulang-ulang.
Paulo Freire
TUJUAN akhir setiap manusia sejatinya adalah humanisasi atau menjadi lebih humanis.
Untuk mencapai tujuan tersebut manusia senantiasa menggali potensinya dengan suatu proses
kontinyu yang dinamakan dengan belajar. Sayangnya proses tersebut selalu disederhanakan
dengan sekolah dari SD dan akan berhenti setelah sarjana.
Slogan belajar sepanjang hayat telah berubah menjadi belajar sampai sarjana. Maka tidak
mengherankan jika setiap individu berpacu untuk sekolah yang tinggi dengan harapan mampu
menjadi manusia yang humanis.
Tanpa kita sadari sesungguhnya pendidikan yang terbatas pada ruang segi empat yang
kita namakan kelas itu telah mereduksi sisi kemanusiaan kita (dehumanisasi). Pendidikan telah
menjadi arena pemaksaan untuk mempelajari konsep-konsep ilmu yang begitu banyak, yang
mungkin sudah usang, dan tidak ada kaitan langsung dengan kehidupan peserta didik.
Pendidikan hanya menjadikan individu-individu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya, bukannya merubah realitas yang ada. Maka tidaklah mengherankan jika kita
seringkali mendengar istilah: sulit menjadi orang baik di lingkungan tidak baik. Hal ini
sesungguhnya mengindikasikan bahwa ada keengganan untuk mengubah keadaan yang ada
(sistem), tetapi sebisa mungkin menyesuaikan dengan sistem yang ada. Jika hal ini berjalan
terus-menerus maka tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa akan menjadi cita-cita yang
menggantung di langit, utopis, dan tidak pernah tercapai.
Paulo Freire, paedagogik kritis asal Brazil telah menggagas pentingnya pendidikan kritis
melalui proses konsientisasi. Konsientisasi atau proses penyadaran adalah upaya penyadaran
terhadap sistem pendidikan yang menindas yang menjadikan masyarakat mengalami
dehumanisasi.
Pendidikan diharapkan mampu mendekonstruksi kenyataan sosial, ekonomi, dan politik
dan merekonstruksi untuk menyelesaikan problem masyarakat. Dengan demikian pendidikan
akan menjadi problem solver, bukan malah menjadi part of problem.
Membangun pendidikan kritis melalui upaya penyadaran (konsientisasi) sebagaimana
yang ditawarkan oleh Freire tidaklah mudah. Pendidikan kritis tidak mungkin atau susah
direalisasikan jika guru sebagai ujung tombak pembelajaran tidak memahami hakikat pendidikan
kritis itu sendiri.
Daya kritis guru terlanjur digadaikan dengan juklak dan juknis dari atasan dan disibukkan
dengan administrasi-administrasi yang menumpuk.
Realitas yang ada menggambarkan bahwa pendidikan kritis tidak mungkin segera
dilaksanakan dalam waktu dekat. Untuk itu diperlukan strategi dan langkah-langkah untuk
mencapainya. Langkah pertama yang paling strategis adalah memperbaiki konsep kurikulum
lembaga keguruan sebagai pencetak calon guru. Lembaga ini harus mampu menghasilkan calon
guru yang mampu menganalisis kurikulum untuk dikaitkan langsung dengan problem kehidupan
yang ada, menjadi fasilitator, motivator, dan administrator. Kecenderungan yang ada selama ini
adalah terbatasnya kualitas lulusan pada kemampuan sebagai administrator, sehingga guru
kurang berhasil memerankan peranan sebagai fasilitator dan motivator yang baik.
Langkah kedua adalah mengubah proses pembelajaran dari paedagogik ke andragogik.
Pembelajaran yang bercorak paedagogik hanya akan menghasilkan budaya bisu (the cultural of
silence). Di situ peserta didik diposisikan sebagai objek yang harus menuruti kemauan guru.
Dengan pembelajaran yang bercorak andragogik maka peserta didik menjadi mitra
belajar bagi guru itu sendiri.
Guru dan peserta didik menjadi sama-sama belajar, ada keharmonisan dan kehangatan
dalam belajar karena keduanya merasa di - uwongke . Pembelajaran andragogik juga
menekankan pada problem solver sehingga teori yang diajarkan akan menjadi pisau analisis
terhadap realitas yang ada, bukannya terbatas sebagai alat untuk menjawab soal dalam ujian.
Langkah ketiga adalah mengoptimalkan kurikulum lokal. Kurikulum lokal yang selama
ini diterjemahkan dengan muatan lokal harus benar-benar diberdayakan. Selama ini kurikulum
lokal diposisikan sebagai pelengkap derita dan tidak dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai
sebuah keunggulan. Mestinya kurikulum lokal benar-benar menjadi branch image setiap sekolah
di wilayah tertentu sehingga memperkaya keilmuan yang ada sekaligus konservasi terhadap
keunikan-keunikan lokal, dan sebagai bentuk perimbangan terhadap globalisasi yang semakin
liar.
Fleksibel
Langkah yang terakhir adalah kemauan dari Dinas Pendidikan Nasional untuk tidak lagi
memosisikan diri sebagai God Father yang dapat membatasi daya kritis sekolah-sekolah di
daerah. Dinas Pendidikan Nasional harus lebih fleksibel dalam menentukan kurikulum yang
berlaku. Yang sangat penting adalah mengubah bentuk kegiatan ujian menjadi evaluasi.
Ujian Nasional yang dilaksanakan selama ini sangat menguras tenaga dan pikiran guru dan
terlebih peserta didik. Keberhasilan ujian menjadi sasaran akhir setiap peserta didik, dengan
mengesampingkan aspek lainnya. Bahkan banyak sekolah yang terpaksa mengorbankan mata
pelajaran lainnya demi sukses di mata pelajaran yang diujikan secara nasional.
Sesungguhnya evaluasi dapat dilakukan setiap saat untuk mengetahui daya serap siswa atau
ketercapaian kompetensi yang dicapai, akan tetapi hasil yang dicapai bukan menjadi alat untuk
memvonis lulus tidaknya siswa. Evaluasi dijadikan pijakan langkah berikutnya guna lebih baik
dalam proses pembelajaran dan penyelenggaraan sekolah.
Pendidikan kritis sangat diperlukan agar setiap manusia mengenal kediriannya, humanis,
tidak kerdil dan reaktif terhadap perubahan yang terusmenrus. Membangun pendidikan kritis
adalah tanggung jawab bersama seluruh stakeholder pendidikan (11).

Sosiologi 2

 Pengantar Ilmu Sosial
Pendidikan IPS FITK-UIN Syahid Jakarta 2008
m. farid, M.Si
 ILMU SOSIAL

Lahir dan Berkembangnya
 Kekuatan Intelektual
 Kekuatan Sosial
 A. Kekuatan Intelektual
Periode Filsafat
Positivisme
Periode Pencerahan
 B. Kekuatan Sosial
Revolusi Politik
Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme
Kebangkitan Sosial
Feminisme
Urbanisasi
Perubahan Agama
Pertumbuhan Sains
 Taksonomi Ilmu Sosial
 Dasar Metode Ilmiah
Untuk mencapai kemapanan Ilmu Sosial wajib memenuhi dua kondisi dasar
 Rasionalistik : “Doktrin yg menjelaskan bhw semua gejala dpt dijelaskan dlm logika sebab akibat”
 Naturalistik : “Sistem evaluasi etis harus diminimalkan, kalau tdk mungkin diabaikan samasekali (bebas nilai)”

Sosiology 1

Pengantar Ilmu Sosial
Pendidikan IPS FITK-UIN Syahid Jakarta 2008
m. farid, M.Si

SOSIOLOGI

 ILMU SOSIAL
Lahir dan Berkembangnya Sosiologi
 Kekuatan Intelektual
 Kekuatan Sosial
 A. Kekuatan Intelektual
 Periode Filsafat
 Positivisme
 Periode Pencerahan Sosiologi
 B. Kekuatan Sosial
 Revolusi Politik
 Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme
 Kebangkitan Sosial
 Feminisme
 Urbanisasi
 Perubahan Agama
 Pertumbuhan Sains
 A.1. Periode Filsafat
(1) Plato (Filosof Romawi 429 -347 SM)
 Mulai menelaah masyarakat secara sistematis.
 Ia ingin merumuskan suatu bentuk teori tentang negara yang dicita-citakan melalui pengamatan yang kritis terhadap sitem-sistem sosial.
 “Masyarakat merupakan refleksi dari manusia sebagai individu”.
 Ada tiga unsur individu; nafsu, semangat (motivasi), intelegensia.

 Plato (lanjutan…)
 Bila salah satu dari ketiga unsur ini terganggu maka terjadilah kegoncangan atau ketidak seimbangan jiwa.
 Intelegensia merupakan unsur pengendali.
 Seyogianya suatu Negara merupakan refleksi dari ketiga unsur tadi yang harus seimbang.

 Plato (lanjutan…)
 Dengan menganalisa lembaga-lembaga dalam masyarakat, Plato akhirnya merumuskan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga tersebut sebagai satu kesatuan yang total dan menyeluruh. Dari sini Plato merumuskan teori tentang masyarakat yang mencakup kehidupan ekonomi dan sosial. Kemudian masyarakat berdinamika karena adanya sistem hukum yang diidentikkan dengan moral. = keadilan
 Periode Filsafat (Lanjutan…)
(2) Aristoteles (384 – 322 SM)
 Ia mengikuti teori organis Plato, namun dia lebih melihat masyarakat secara politik.
 Ia menganalisa lembaga-lembaga politik dalam masyarakat dan memberikan arti yang luas terhadap politik. Poltik mencakup ekonomi dan sosial. Kesamaanya dengan Plato adalah menganalogikan masyarakat dengan organisma biologi manusia. Dan juga tetap menekankan bahwa basis masyarakat adalah moral. Bukunya yang tekenal „Politics“.
 Periode Filsafat (Lanjutan…)
(3) Filosof Arab “Ibnu Khaldun” (1332 – 1406) abad pertengahan

 Faktor yang menyebabkan bersatunya manusia adalah rasa solidaritas, sehingga muncul ikatan-ikatan dan usaha-usaha bersama.
 Satu-satunya yang memisahkan politik dari moral adalah N. Machiavelli. Dia hanya menganalisa bagaimana mempertahankan kekuasaan, sehingga terjadi pendekatan mekanis terhadap manusia tidak lagi pendekatan organis. Teorinya memusatkan masalah-masalah sosial politik pada mekanisme pemerintahan.
 Periode Filsafat (Lanjutan…)
(4) Hobbes (1588 – 1679) Abad ke 17
 Beliau terinspirasi dari hukum-hukum alam seperti fisika dan matematika.
 Secara alamiah kehidupan manusia didasarkan kepada keinginan-keinginan yang mekanis sehingga manusia selalu berkelahi (konflik). Namun manusia menyadari bahwa damai jauh lebih baik. Damai baru dapat terujud bila manusia memiliki kontrak dengan penguasa yang dapat memelihara kedamaian. Artinya semua orang harus sepenuhnya mematuhi penguasa agar masyarakat berfungsi secara idealnya.
 Periode Filsafat (Lanjutan…)
(5)John Locke (1632 – 1704) dan JJ Rousseau (1712 – 1778) Filosof abad ke 18
 Mereka masih berpegang pada konsep kontrak sosial Hobes.
 John Locke menganggap bahwa manusia memiliki hak azazi seperti hak hidup, kebebesan, dan harta benda. Kontrkak antara masyarakat dengan penguasa berdasakan faktor pamrih. Bila penguasa gagal memenuhi syarat-syarat kontrak maka masyarakat berhak memilih pihak lain sebagai penguasa.
 Periode Filsafat (Lanjutan…)
 Rousseu, Kontrak masyarakat dengan penguasa menimbulkan suatu kolektivitas yang memiliki cita-cita sendiri yaitu keinginan umum yang berbeda dengan keinginan individu.

 Periode Filsafat (Lanjutan…)
(6) Saint Simon (1760 – 1825) masuk awal abad ke 19

 Manusia hendaknya dipelajari dalam kehidupan berkelompok.
 Ilmu Politik merupakan ilmu yang positif. Artinya bahwa masalah-masalah politik harus dipelajari dan dianalisa dengan metode-metode yang lazim dipakai terhadap gejala-gejala lain (alam). Masyarakat bukanlah semata-mata sebagai kumpulan orang-orang yang bertindak karena sesuatu, tetapi atas dasar keinginan masing-masing. Kumpulan itu hidup karena dorongan organ-organ yang mendorong manusia melaksanakan fungsi-fungsi tertentu.
 Periode Positifistis
Positivisme adalah;
“Paham flsafat yang membatasi pengetahuan (kebenaran) manusia terhadap hal-hal yang bisa diperoleh dengan metoda ilmu pengetahuan”.

“Auguste Comte” Bapak Positivisme
 Periode Positifistis (lanjutan...)
Positivisme adalah ajaran bahwa hanya fakta yang dapat diuji yang melandasi pengetahuan yang sah. Maka model teologis dan metafisika dianggap sebagai permainan kata atau spekulasi liar. Sehingga Comte menolak cara berfikir orang purba yang menjadikan agama sebagai penginterpretasi terhadap gejala-gejala.
 Periode Positifistis (lanjutan...)
Gagasan tentang perspektif ilmu pengetahuan dalam mengkaji prilaku manusia muncul pada pertengahan abad ke - 19 dari seorang filosof Perancis “Auguste Comte” (1798 – 1857). Tujuan Comte adalah membangun perspektif sosiologi dalam satu fondasi positivistic dengan ilmu-ilmu alam.
 Periode Positifistis (lanjutan...)
Orang yang pertama menggunakan istilah sosiologi adalah “Auguste Comte” (filsuf perancis 1798 – 1857)
Beliau menyadari bahwa sudah saatnya masyarakat dan gejala-gejalanya diteliti secara ilmiah.
Akhirnya beliau menamakan ilmu tersebut dengan “sosiologi” (1839).
“socius” = kawan (latin) dan “logos” = kata atau bicara (yunani). Jadi sosiologi adalah berbicara tentang masyarakat. Secara sempurna sosiologi lahir melalui tulisan Comte “Positive – Philosophy” (1842)

 Periode Positifistis (lanjutan...)
Comte yakin bahwa setiap ilmu, sebagaimana halnya pemikiran manusia secara umum merupakan perkembangan melalui tiga tahap.
Perkembangan tersebut adalah;
1. theological,
2. metaphysical,
3. dan scientific atau positivistic.
 Periode Positifistis (lanjutan...)
 Teologi
Manusia menafsirkan gejala-gejala sekitarnya secara teologis, di mana kekuatan-keuatan Supranatural atau penguasa ghaib (dewa, tuhan) lah yang mengendalikan semua gejala tersebut.
 Periode Positifistis (lanjutan...)
Metafisika
 Semua gejala tidak lagi dilihat sebagai pengaruh lansung dari Supranatural (roh, dewa, tuhan). Akal budi manusia ikut mencari pengertian dan kebenaran dengan membuat abstraksi-abstraksi dan konsep-konsep metafisik.
 Menurut Comte, tahap kedua ini hanya modifikasi saja dari tahap pertama.

 Periode Positifistis (lanjutan...)
 Kalau dahulu „yahweh“ lah yang disangka menerbitkan mata hari, menurunkan hujan, penyebab sakit, sembuh, dan mati. Namun sekarang hukum alam, kodrat manusia, kekuasaan ilahi, keharusan mutlak (nasib) disebut sebagai penyebab.
 Menurut comte penerangan metafisik belum menghasilkan pengetahuan baru. Hanya ganti nama saja. Kita belum bisa tahu apa itu hukum alam, kodrat manusia, kekuasaan ilahi, nasib. Namun bukti bahwa ada pergeseran cara berfikir memenag ada.
 Periode Positifistis (lanjutan...)
Positivisme
 Pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan hukum-hukum yang dapat diuji dan dibuktikan secara empiris. Dalam positifisme agama harus ditinggalkan dalam melihat gejala alam dan yang berperan adalah akal budi (intelektual) dengan pembuktian empirik.
 Kalau dulu gereja, katedral dll menjadi jantung kehidupan masyarakat, kini berubah ke universitas, bank dan kawasan industri.
 Periode Positifistis (lanjutan...)
Ilmu pengtetahuan positif oleh Comte, adalah „ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatian kepada gejala-gejala yang nyata dan konkrit tanpa ada halangan dari pertimbangan lainnya“. Maka dimungkinkan memberikan penilaian secara positif sejauh mana ilmu dapat mengungkap kebenaran.
 Periode Positifistis (lanjutan...)
Hirarkhi ilmu menurut comte:
 Matematika,
 astronomi,
 fisika,
 ilmu kimia,
 biologi,
 sosiologi.
 (...psikologi..)

Sosiologi merupakan studi positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala-gejala sosial

 Periode Positifistis (lanjutan...)
 Istilah sosiologi semakin populer ketika Herbert Spencer (filosof Inggris) mengembangkan sistematika penelitian masyarakat dalam bukunya „Principles of Sociology“.
 Sosiologi berkembang pesat dalam abad ke 20, terutama di perancis,jerman, dan amerika walaupun arah perkembangannya berbeda-beda di setiap negera tersebut
 Lanjutan…
 Sosiologi merupakan usaha penerapan (pemakaian) ilmu pengetahuan dalam memahami prilaku manusia
 Filsafat berkebang sesuai dengan bidang-bidang yang ditekuninya.
 Filsafat alam menjadi fisika, astronomi (ilmu tentang bintang),
 Filsafat logika menjadi matematika,
 Kemudian kimia, biologi, dan geologi juga memisahkan diri dari filsafat.
 Pada tahap kedua (abad ke 19)
 Filsafat munusia (kejiwaan) menjadi Psikologi
 Filsafat sosial menjadi sosiologi.
 B.1.Revolusi Politik
Revolusi Perancis 1789 dan Revolusi spjg abad 19.

Perubahan : Positif & Negatif

~ chaos
~ masalah ketertiban sosial
 B.2.Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme

Berlangsung di Eropa terutama di abad ke-19 dan awal abad ke-20
Sistem Pertanian Industri
Muncul :
 Birokrasi Ekonomi unt melayani kebutuhan industri & ekonomi kapitalis
 Pasar Bebas

 Revolusi Industri (lanjutan…)
Akibat Birokrasi Ekonomi & Pasar Bebas :
 Ada yang untung besar
 Ada yang kerja keras upah rendah
Muncul reaksi menentang Sist Industri & Kapitalis (Gerakan Buruh)

Sosiologi
(Karl Marx, Max Weber, Durkheim, G Simmel)

 B. 3. Kebangkitan Sosial (sosialisme)
Upaya menetang kapitalis muncul “Sosialisme” oleh Karl Marx

Sosilaisme ditentang oleh Weber & Durkheim
(lebih baik reformasi kapitalis dari pada revolusi sosial, Mereka lebih khawatir dengan sosialisme)
 B. 4. Urbanisasi

Akibat Revolusi Industri muncul
“URBANISASI”
(Msl. Penduduk, polusi, lalulintas, dll)

 George Simmel
 Mazhab Chicago (Sosiologi Amerika)
(Perhatian terhadap msl. Kota Chicago)

 B. 5 Perubahan Agama

Revolusi Politik, Industri, & Urbanisasi Berpengaruh besar thd “RELIGIUSITAS”

Mereka membawa cara berfikir kehidupan keagamaan ke dalam sosiologi.
(Weber)
 B. 6. Feminisme
Perempuan disubordinasikan
Sejak 1630-an – 1790-an ada gerakan perempuan (feminisme)
Tahun 1850-an puncaknya:
 Menentang Perbudakan
 Mendukung hak politik kelas menengah
 Mobilasasi hak pilih perempuan (awal abad ke 20)

 B. 6. Feminisme (lanjutan…)
Banyak muncul tulisan-tulisan & tokoh feminisme (Jane Adams, Florence Kelly)

Tetapi dikesampingkan oleh penguasa sosiologi seperti Spencer, Weber, & Durkheim.

Baru tahun 1982 (Rosenberg) muncul lagi Isu Gender
 B. 7. Pertumbuhan Sains
Terpengaruh perkembangan ilmu-ilmu alam
(dengan metode ilmu pengetahuan & positifisme)

Muncul keinginan menerapkannya thd kajian masyarakat. Muncul “SOSIOLOGI” oleh Auguste Comte.
 Paradigma ilmiah
Paradigma = “Intelektual Komitmen”
(Citra fundamental dari pokok permasalahan suatu ilmu pengetahuan)
 Apa yg harus dipelajari
 Pernyataan apa yg harus dikemukakan
 Kaidah apa yg harus diikuti dalam menemukan kebenaran (makna & teori)
 Pengertian Paradigma (awal)
Robert Friedrichs :
“Pandangan mendasar dari satu disiplin Ilmu tentang apa yg menjadi pokok persoalan yg mestinya dipelajari“
Thomas Khun :
“Kerangka keyakinan (komitmen intelektual) yg terbatas dalam kegiatan keilmuan”
 Skema Perubahan Paradigma (Thomas Khun)
Ilmu Pengetahuan berkembang dengan “Paradigmanya”

Paradigma I Normal Science Anomalics
(Pra Ilmu) (Ilmu Biasa)

Revolusi Krisis


Paradigma II Krisis Baru
(Ilmu Biasa Baru)
 Paradigma Sosiologi
 Paradigma Fakta Sosial
 Paradigma Defenisi Sosial
 Paradigma Prilaku Sosial

IAD(metode ilmiah)

1. Lahirnya Ilmu Pengetahuan
• Pada tahun 1500-1600 M, terjadi perubahan besar atas semua ajaran Aristoteles maupun Ptolomeus, sebagai tonggak sejarah dapat dicapai disini adalah:
• Nikolas Copernicus (1473-1543)
• Selain ia ahli astronom ,ia juga ahli matematika dan pengobatan . tulisannya yang terkenal adalah De Revolutionibus Orbium Caelestium yang artinya peredaran alam semesta, namun tidak diumumkan karena paham helisentrisme (pusat matahari) bertentangan dengan kepercayaan penguasa saat itu. Pokok ajaran seperti berikut:
• Matahari sebagai pusat system solar
• Bulan bereadar mengelilingi bumi bersamaan bumi mengelilingi matahari
• Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang mengakibatkan adanya siang dan malam
Galileo (1564-1642)
• Dia mengungkapkan penemuan teleskopnya yang muktahir pada saat itu ,yang bertentangan pandangan-pandangan penguasa. Ia membenarkan teori Copernicus tentang heliosentrisme yang jelas bertentangan degan ajaran agama pada saat itu yaitu homosentris tau geosentris.
• Dari Copernicus sampai Galileo dapat kita anggap sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern yang menetapkan suatu kebenaran berdasarkan induksi atau eksperimentasi.
• Agar himpunan pengetahuan ini dapat disebut ilmu pengetahuan harus digunakan perpanduan antara rasionalisme dan emperisme yang dikenal metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.
• 2. Metode Ilmiah
• Sebelum adanya ilmu pengetahuan modern, pola pikir manusia dimulai dari zaman Babylonia (kurang lebih 650 SM ) dimana orang percaya kepada mitos ,ramalan berdasarkan perbintangan , bahkan percaya adanya banyak dewa yaitu dewa angin, dewa matahari,dewa petir dan sebagainya.pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara antara lain:
Prasangka
• Yaitu suatu anggapan benar padahal baru merupakan kemungkinan besar atau kadang-kadang malah tidak mungkin tidak benar
• Contohnya: Pada zaman Babylionia, orang percaya bahwa hujan dapat turun dari syurga sampai kebumi melalui jendela-jendela yang ada di langit
Intuisi
• Suatu pendapat seseorang diangkat dari perbendaharaan pengetahuannya terdahulu melalui suatu proses yang tak disadari
• Contohnya: Seorang astrolog disamping rumusanya sering menggunakan intuisinya dalam memberikan ramalan nasib seseorang
• Trial and Error
• Yaitu metode coba-coba atau untung-untungan. cara ini di ibaratkan seekor kera yang mencoba meraih pisang dalam sebuah kerangkeng dari percobaan Kohler (psikolog jerman) kera itu dengan cara coba-coba akhirnya dapat juga mendapatkan pisang dengan menggunakan tongkat.
• Pada zaman Yunani orang cenderung mengikuti ajaran dari para ahli pikir ataupun para penguasa, namun ajaran-ajaran ini ternyata banyak yang keliru karena para ahli pikir terlalu mengandalkan pemikiran dan kebenaran yang dianut itu adalah yang menurut masuk akalnya atau pendapat sendiri
• Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan itu memenuhi empat syarat yaitu:
Objektif
• Artinya: Pengetahuan itu sesuai dengan objeknya.maksudnya bahwa kesesuaian dapat dibuktikan dengan hasil pengindraan / empiris
Metodik
• Artinya: Pengetahuan itu dapat diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan control
Sistematik
Artinya: Pengetahuan itu tersusun dalam suatu system, satu dengan yang lain berkaitan
Berlaku umum
• Pengetahuan itu tidak hanya berlaku /dapat diamati oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimen yang sama akan memperoleh hasil yang sama
• Ditinjau dari sejarah cara berpikir manusia ,pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan yang benar ialah:
• Cara yang didasarkan pada rasio ,paham yang dikembangkan dikenal dengan rasionalisme
• Cara yang didasarkan pada pengalaman ,paham yang dikembangkan disebut empirisme
• Rasionalisme
• Descartes adalah pelopor dan tokoh rasionalisme, menurut dia rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian .hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan dapat memberi pimpinan segala jalan pikiran.
• Dalam menyusun pengetahuannya, para kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang dipergunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide yang menurut anggapanya sudah jelas ,tegas dan pasti
• Empirisme
• Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat penalaran rasional yang abstrak, tetapi melalui lewat pengalaman konkret. Menurut anggapan mereka ,gejala-gejala alam bersifat konkret dan dapat dinyatakan lewat tanggapan panca indra. Bagi kaum empiris ,pernyataan tentang ada dan tidak adanya sesuatu harus memenuhi persyaratan pengujian.
• 3. Sikap Alamiah
Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentuk sikap alamiah.
Orang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap alamiah antara lain sebagai berikut:
Jujur
• Seseorang ilmuwan wajib melaporkan hasil pengamatan nya secara objektif. Seseorang ilmuwan dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja tidak lebih jujur dari manusia lainnya,tetapi dalam penelaahan ilmiah ada hal-hal yang memaksa pada ilmuwan yakni yang kita sebut faktor kontrol.
Terbuka
• Seseorang ilmuwan mempunyai pandang luas ,terbuka,bebas dari praduga. Ia menyakini bahwa prasangka, kebencian baik pribadi maupun golongan dan pembunuhan adalah sangat kejam. Ia tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah pikirannya atas dasar prasangka.Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral, politik, ekonomi dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru
Toleran
• Seseorang ilmuwan tidak merasa bahwa dirinya paling hebat, ia bahkan bersedia mengakui bahwa orang lain lebih banyak pengetahuannya, bahwa pendapatnya mungkin saja salah, sedangkan pendapat orang lain benar. Ia bersedia menerima gagasan orang lain setelah diuji.
Skeptis
• Ilmuwan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu.
Optimis
• Seseorang ilmuwan selalu berpengharapan baik, ia tidak akan berkata bahwa sesuatu tidak dapat dikerjakan tetapi akan mengatakan “berikan saya sesuatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan”. Ia selalu optimis
Pemberani
• Ilmu merupakan hasil usaha keras dan sifatnya personal, ilmuwan sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidak benaran ,penipuan, kepura-puraan, kemunafikan dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan
Kreatif
• Torrance (1964 M) Mendefenisikan kreativitas sebagai proses pertumbuhan sehingga peka akan masalah ,kekurang sempurnaan, kekurangtahuan, dan seterusnya. Sumbangan beberapa ilmuwan merupakan sebagai bukti kreativitas yang dipunyainnya dapat ditelaah dalam buku-buku sejarah ilmu pengetahuan
• Hadiah nobel yang diberikan sejak 1901 M, mencerminkan usaha kreatif para ilmuwan dalam berbagai bidang
• 4. Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah
Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah bahwa materi pengetahuan itu harus diperoleh melalui metode ilmiah. Ini berarti bahwa cara memperoleh pengetahun itu menentukan apakah pengetahuan itu termasuk ilmiah atau tidak. Metode ilmiah tentu saja harus menjamin akan menghasilkan pengetahuan ilmiah ,yaitu bercirikan objektivitas ,konsisten dan sistematik.
• 5. Keterbatasan dan Keunggulan Metode Ilmiah
Keterbatasan
• Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa panca indra kita juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta. Sehingga tidak disangsikan lagi bahwa fakt-fakta yang dikumpulkan adalah keliru.
Keunggulan
• Seperti yang telah dijelaskan dimuka, ciri khas ilmu pengetahuan (termasuk IPA) yang sifat objektif, metodik sistematik dan berlaku umum akan membimbing kita pada sikap ilmiah terpuji:
– Mencintai kebenaran objektif, bersikap adil akan menjurus kearah hidup yang bahagia
– Menyadari bahwa kebenaran itu tidak absolute maka akan menjurus ke arah mencari kebenaran terus menerus
– Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berpikir secara prasangka tetapi berpikir terbuka
– Metode ilmiah juga membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada kesimpulan tanpa adanya bukti yang nyata.

– Metode ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap optimis, teliti, berni membuat suatu pernyataan menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar.

Islam

ISLAM


Islam (Arab: al-islām, الإسلام: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia [1][2], menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.[3] Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
Kata Islam merupakan penyataan kata nama yang berasal dari akar triliteral s-l-m, dan didapat dari tatabahasa bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud "untuk menerima, menyerah atau tunduk." Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme.
Islam mempunyai pondasi yaitu Rukun Islam dan Rukun Iman, dimana orang yang mengaku islam harus mempunyai kedua pondasi ini. Rukun islam terdiri atas 5 yaitu:
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu mengakui tidak ada tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dan mengakui bahwa Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah.
2. Mengerjakan shalat lima waktu
3. Mengeluarkan zakat
4. Berpuasa dalam bulan ramadhan
5. Menunaikan haji bagi yang mampu
Rukun iman terdiri atas 6 perkara yaitu
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada Qodar Allah.

Imam Turmudzi, Abu Dawud dan Ibn Majah, masing-masing dalam kitab Sunan-nya meriwayatkan hadits tentang penggolongan umat Islam menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan atau firqoh, dan hanya satu golongan di antaranya yang selamat dari ancaman siksa neraka, yaitu golongan yang konsisten pada ajaran Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya (Jama’ah) atau yang kemudian disebut dengan sebutan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Ahlussunnah wal Jama’ah, sebagaiman disebutkan dalam kitab Ahlussunnah al-`Asya’irah adalah istilah yang muncul untuk menunjukkan orang-orang yang berada pada jalan ulama salaf yang shaleh dan memegang teguh ajaran al-Quran, al-Sunnah dan al-Atsar yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad dan dari para shahabatnya. Term ini hanya untuk membedakan sekte ini dari sekte-sekte lainnya yang termasuk madzhab ahli bid’ah yang selalu mengikuti hawa nafsunya.
Kelompok yang oleh Nabi Muhammad sudah didiskripsikan dan merupakan kelompok yang selamat nanti di akhirat, pada awalnya merupakan kelompok jumhur (mayoritas) yang muncul sebagai balance dari madzhab yang telah mendahuluinya, Qadariyah, Jabariyah, Khawarij dan Syi’ah. Namun pada perkembangannya madzhab jumhur mulai terpecah-pacah. Perpecahan itu terus terjadi sehingga muncul satu madzhab yang disebut dengan Ahlussunnah wal Jama’ah, mayoritas ulama menyimpulkannya bahwa madzhab itu adalah sekte Ahlul Hadits, sekte Asya’irah dan sekte Maturidiyyah.
Jaham bin Shafwan pendiri aliran Jabariyah ini belajar dari seorang Yahudi yang masuk Islam bernama Thalud bin A’sam. Paham Jabariyah ini berpendirian bahwa Allah saja yangmenentukan, menetapkan dan memutuskan segala nasib hingga amal perbuatan manusia.
paham Jabariyah melegitimasi pendiriannya dengan berpegang kepada Ayat al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 96. ”Sesungguhnya Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.”
Dalam menentang paham Jabariyah, pihak Qadariyah telah melampaui batas dengan menyangkal adanya kekuasaan Allah Swt. mencipta makhluk-Nya, kemudian makhluk itu sendiri yang menentukan segala sesuatu dalam hidupnya. Setelah mencipta, Allah tidak berkuasa lagi atas ciptaan-Nya. Mereka berpendapat bahwa makhluk itu sendiri yang mengatur dirinya melalui hukum sebab akibat. Untuk melegitimasi pendiriannya, paham Qadariyah berperang kepada al-Qur’an surat Ar-Ra’ad ayat 11. ”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Nama lengkap Al-Asy’ari adalah Abu Al-Hasan Ali bin Ismail in Ishaqi bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bi Abi Musa Al-Asy’ari, beliau ditinggalkan oleh ayahnya ketika masih kecil. Ayah beliau yaitu seorang yang berfaham ahlusunnah dan ahli hadits. Sebelum ayah beliau wafat, ayak beliau berwasiat kepada Zakaria bin Yahya As-Saji agar mendidik Al-Asy’ari. Berkat didikannya, Al-Asy’ari kemudian menjadi tokoh Mutazilah, tapi kemudian ia keluar dari Mu’tazilah dan berfaham ahlusunnah Pemikiran-pemikiran Al-Asy’ari diantaranya Tuhan dan sifat-sifatnya, kebebasan dalam berkehendak, akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk, qodimnya Al-Qur’an, melihat Allah, keadilan dan kedudukan orang berdosa .
Al-Maturidi dilahirkan disebuah kota kecil di daerah Samarkan yang bernama Maturid. Al-Maturidi hidup pada masa khalifah Al-Mutawakil yang memerintah pada tahun 232-274 H/847-861 M. kariri pendidikan beliau lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada fiqih, Doktrin-doktrin teologi al-Maturidi diantaranya akal dan wahyu, perbuatan manusia, kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, sifat Tuhan, melihat Tuhan kalam Tuhan, perbuatan manusia, pengutusan Rasul dan dosa besar.

Konsep Indonesia

Pemikiran Amien Rais, tentang kemungkinan pada masa yang akan datang negara Indonesia menjadi negara federasi muncul setelah melihat adanya ancaman disintegrasi yang terjadi akibat dari system pemerintahan negara kesatuan yang sentralistis. Selanjutnya dikatakan bahwa dialog negara federasi sebagai alternative negara kesatuan menunjukkan bahwa sesungguhnya nasionalisme suatu bangsa tidak harus terpecah hanya kerena Negara berganti wajah.
Federalisme untuk Indonesia masih relevan namun sudah “kebablasan” yaitu otonomi yang melibihi federalisme. Karena desentralisasi saat ini memberikan otonomi sampai ketingkat kabupaten/kota bukan pada provinsi. Jadi merupakan suatu hal yang kuno membicarakan federal jika ditempatkan dalam konteks saat ini di Indonesia, karena di dalam undang – undang dasar sudah dikunci tepatnya dalam pasal 37 ayat 5 yang menyatakan bahwa ”Tentang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”.
Indonesia ingin dijadikan Negara islam oleh sekelompok tertentu mungkin di latar belakangi dengan alasan peradaban islam lebih modern dari peradaban manapun, Peradaban dalam Islam, dapat ditelusuri dari sejarah kehidupan Rasulullah, para sahabat (Khulafaur Rasyidin),dan sejarah kekhalifahan Islam sampai kehidupan umat Islam sekarang. Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw telah membawa bangsa arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan di abaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Bahkan kemajuan Barat pada mulanya bersumber pada peradaban islam yang masuk ke eropa melalui spanyol. Dimana pada masa dinasti abbasiyah, Harun Ar rasyid khalifah abbasiyah mendukung ilmu pengetahuan, sains dan filsafat yang semua itu berkembang dimasa dinasti abbasiyah.
Mungkin juga dilatar belakangi oleh system ekonomi, dimana system ekonomi kapitalis menggunakan Riba/ Bunga, dimana pemilik modal makin kaya, sementara yang miskin makin terjepit. System ekonomi islam tidak mengenal riba/bunga melainkan system bagi hasil, dimana mengutungkan kedua belah pihak, dalam ekonomi islam juga dikenal dengan mata uang dinar(emas) dan dirham(perak), dimana nilai tukar mata uang tersebut lebih stabil. Di masa islam, baik dizaman Rasullah Saw, umar bin khattab dan utsman bin Affan maupun zaman ddinasti umayah tidak pernah terjadi resesi ekonomi, disebabkan kebijakan keuangan islam selalu terkait sector rill perekonomian yaitu perdagangan.
Piagam Jakarta (Pj) mengalami perjalanan panjang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada tanggal 18 Agustus 1945, tujuh kata dalam Pj “ dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluk islam” dicoret atas dasar kesepakatan tokoh islam dengan Bung Hatta. Substansi Pj diperjuangkan kembali dalam majelis konstituante dan kemudian Bung Karno mengeluarkan dekrit 5 juli 1959 yang memberlakukan kembali UUD 1945 yang mengangkat kembali Pj.
Terjadi perdebatan antar tokoh pendukung Pj dengan penentangnya tentang posisi Pj pasca dekrit 5 juli 1959.lau muncul lagi setelah partai-partai islam di dirikan Pada era reformasi. Pada SU MPR 2001 menunjukan bahwa pendukung Pj dalam MPR jauh dibawah pendukungan dalam konstituante. Karena semua tokoh parpol dan ormas islam sudah menerima pancasila, apabila kita tidak setuju berarti kita melawan banyak para tokoh parpol dan ormas islam yang lebih mengetahui akar pemasalahannya. Dengan ditolak piagam jakarta sudah jelas Negara islam juga harus ditolak .
Indonesia adalah Negara kesatuan, dilihat dari sejarah tentang Indonesia memang Indonesia berupa Negara kesatuan. Pergerakan Indonesia / organisasi pertama di belanda ,Indischevereniging di dirikan pada tahun 1908, beberapa bulan kemudian organisasi Budi utomo menyusul berdiri di tanah air, lalu diikuti pula pergerakan rakyat di tanah air seperti sarikat islam,nationale indische partij, sarikat sumatera, paguyuban pasundan, sarikat ambon, dan ikut juga berdiri pergerakan muda seperti jong sumateranen bond, jong minahasa, jong ambon. Pada akhir 1917 semulanya Indische vereniging merupakan perkumpulan untuk bertemu antar pemuda yang berasal dari hindia belanda, lalu tujuan dari indsche vereeniging berubah menjadi memajukan kepentingan bersama orang-orang hindia belanda di Nederland dan mengadakan perhubungan dengan Hindia Belanda. Selain dari memajukan kepentingan bersama ditambah pula menanamkan rasa bersatu antar pemuda-pemuda Hindia yang belajar di Nederland.
Tidak lama terjadinya masalah antara perhimpunan indonesia dengan pemerintah belanda ,terjadilah sumpah pemuda pada 28 oktober 1928.isi dari sumpah pemuda adalah bertanah air satu,berbangsa satu, dan berbahasa persatuan . sumpah pemuda hasil dari perjuang poltik yang dirintis oleh perhimpunan indonesia.setelah sumpah pemuda pergerakan daerah dan gerakan orang tua seperti budi utomo,sarikat Sumatra,sarikat ambon dan lain-lain semuanya bubar berangsur-angsur. Indonesia tetaplah Negara kesatuan karena didalam undang-undang dasar pasal 37 ayat 5 yang menyatakan bahwa ”Tentang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”.

Teori perkembangan JohnPiaget

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak, yaitu :
1. kematangan
2. pengalaman fisik / lingkungan
3. transmisi social
4. equilibrium
Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang dialami setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :
1. tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun ;
2. tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;
3. tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun ;
4. tahap Operasi Formal : 11 keatas.
Sebaran umur pada seiap tahap ersebut adalah rata-rata (sekitar) dan mungkin pula terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dan teori ini berdasarkan pada hasil penelitian di Negeri Swiss pada tahun 1950-an.
a. Tahap Sensori Motor (Sensory Motoric Stage)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra)
Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak ini, anak beum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.
b. Tahap Pra Operasi ( Pre Operational Stage)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting), (mairer, 1978 :24). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja.
c. Tahap Operasi Konkrit (Concrete Operational Stage)
Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek
Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
Smith (1998) memberikan contoh. Anak-anak diberi tiga boneka dengan warna rambut yang berlainan (Edith, Suzan, dan Lily), tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi boneka yang berambut paling gelap. Namun, ketika diberi peranyaan, “Rambut Edith lebih terang daripada rambut Lily. Rambut siapakah yang paling gelap?” , anak-anak pada tahap operasional konkret mengalami kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan lambang-lambang.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak telah dapat mengetahui symbol-simbol matematis, tetapi belum dapatt menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
d. Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage)
Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
Sebagai contoh eksperimen Piaget berikut ini :
Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “pak Pendek” dan untaian klip (penjepit kertas) untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Kemudian ditambahkan penjelasan dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” itu mempunyai teman “Pak Tinggi”. Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila diukur dengan batang korek api tinggi “Pak Pendek”empat batang sedangkan tinggi “Pak Tinggi” enam batang korek api.
Berapakah tinggi “Pak Tinggi” bila diukur dengan klip? Dalam memecahkan masalah diatas, anak harus memerlukan operasi terhadap operasi.
Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kekampuan untuk melakukan penalaran hipotek-deduktif, yaitu kemampuan untuk menyusun serangkaian hipotesis dan mengujinya (child, 1977 : 127)
Kesimpulan pada tahap ini adalah :
Pada tahap operasional formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argument (karena itu disebut operasional formal).
Tahap ini mengartikan bahwa anak-anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya system nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalah-masalah filosofis.


Cara-cara dalam mengembangkan pendidikan Tk dan SD menurut teori jean piaget
Teori psikologi perkembangan Jean Piaget selama ini telah menjadi rujukan utama kurikulum TK dan bahkan pendidikan secara umum. Pelajaran membaca, menulis, dan berhitung secara tidak langsung dilarang untuk diperkenalkan pada anak-anak di bawah usia 7 tahun. Piaget beranggapan bahwa pada usia di bawah 7 tahun anak belum mencapai fase operasional konkret. Fase itu adalah fase, di mana anak-anak dianggap sudah bisa berpikir terstruktur. Sementara itu, kegiatan belajar calistung sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang memerlukan cara berpikir terstruktur.
Piaget khawatir otak anak-anak akan terbebani jika pelajaran calistung diajarkan pada anak-anak di bawah 7 tahun. Alih-alih ingin mencerdaskan anak, akhirnya anak-anak malah memiliki persepsi yang buruk tentang belajar dan menjadi benci dengan kegiatan belajar setelah mereka beranjak besar.
Persiapan belajar membaca mempunyai tiga unsur pokok. Yaitu minat untuk membaca, kemampuan membedakan secara visual (bentuk, warna, ukuran) dan kemampuan membedakan suara-suara. Untuk memupuk minat baca si kecil, orangtua bisa melatihnya dengan memberikan dan membacakan buku-buku cerita dengan gambar yang menarik.
Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.
Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berulang-ulang.

Taksonomi of education Benjamin S Bloom

Taksonomi of education Benjamin S Bloom
Suatu teori pendidikan yang tersusun berbagai domain,setiap domain itu dibagi kembali kedalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarki. Taksonomi Bloom terdiri dari 3 domain:
1. Domain kognitif : lebih berdasar kepada perilaku-perilaku yang berdasarkan pada intelektualitas.mencakup:
• Pengetahuan (knowledge)
• Pemahaman (comprehension)
• Aplikasi (application)
• Analisis (analysis)
• Sintesis (synthesis)
• Evaluasi (evaluation)
2. Domain afektif: lebih berdasar kepada perasaan dan emosi. Mencakup:
• Penerimaan(receiving)
• Tanggapan (responding)
• Penghargaan (vauling)
• Pengorganisasian(organization)
• Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai(characterization by value or value complek)
3. Domain psikomotor: lebih berdasar kepada personal skill/kemampuan fisik seseorang
• Persepsi (perception)
• Kesiapan(set)
Teori taksonomi ini penting dikarenakan
• Menciptakan suatu perencanaan belajar yang aktif,efektif dan kreatif bagi siswa
• Untuk mengetahui perkembangan siswa dalam belajar.
• Mengevaluasikan efektivitas pembelajaran
• mengembangkan kerangka klasifikasi untuk menulis tujuan pendidikan

Dampak negative apabila pendidik/sekolah tidak menyadari teori Bloom
• Tidak akan bisa melihat keseluruhan dari siswa yang berupa kognitif,afektif, psikomotor.
• Tidak bisa mengembangkan kerangka klasifikasi untuk menulis tujuan pendidikan, dikarenakan tidak mengetahui hirarki tujuan pendidikan
• Tidak bisa merencanakan perencanaan belajar secara sempurna dikarenakan perencanaan tidak rinci.
Mastery learning(belajar tuntas)
Suatu proses belajar semua siswa sama jika diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai, dimana semua siswa berbeda dalam kecepatan memahami suatu pelajaran.
Asumsi dasar Mastery learning
Asumsi dasar yaitu siswa tidak ada yang pintar maupun yang bodoh, jadi tidak pembedaan antar siswa yang pintar dengan yang bodoh. Yang membedakan bagaimana kecepatan antar siswa dalam memahami suatu pelajaran.
Hal-hal yang meningkatkan hasil pembelajaran menurut konsep Mastery learning yang harus dilakukan pendidik/sekolah
• Perhatian Guru kesetiap murid per individu secara keseluruhan
• Tidak membedakan murid yang satu dengan murid yang lain
• Memberikan jam tambahan pelajaran dikarenakan untuk memberikan waktu yang cukup untuk memahami pelajaran
• Jangan melanjutkan ke materi lain jika materi sebelum siswa memahami materi itu
• Memberikan kebebasan waktu dalam mengumpulkan tugas/mengerjakan tugas dikarenakan setiap siswa dalam memahami berbeda

Hal-hal yang jangan dilakukan oleh para pendidik/sekolah untuk meningkatkan hasil pembelajaran menurut konsep mastery learning
• Guru jangan memperhatikan satu siswa saja/ memperhatikan siswa yang cerdas tapi harus memperhatikan seluruh siswa
• Jangan mengejar materi apabila materi sebelumnya belum tuntas
• Menekan siswa untuk mengerjakan tugas/ mengumpulkan tugas tepat waktu

Jumat, 26 Juni 2009

laporan pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Masalah pendidikan, adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh lodge, yaitu bahwa: life is education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan meberikan pengaruh pendidikan baginya.
Masalah pendidikan itu terkait dengan system Kurikulum yang dianut, Kurikulum juga memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Teori pendidikan itu macamnya banyak, akan tetapi teori pendidikan itu semua bersumber kepada para master pendidikan atau boleh dibilang para Rasul pendidikan yaitu Ralph W Tyler, Benjamin S Bloom, John Dewey, Jean piaget, Paulo Freire. Model-model teori yang dikemukakan oleh mereka.
Ralph mengemukakan tentang tahap-tahap pengembangan kurikulum dan pembelajaran yaitu Learning objective, Learning experiences, Organization of experiences, Evalutions. Benjamin S Bloom mengemukakan tentang Taxsonomi of Education yang terdiri 3 domain yaitu domain kognitif, afektif, psikomotor. Bloom juga mengemukakan tentang teori mastery learning. John Dewey menekan pada minat siswa. Jean Piaget mengemukakan tahap perkembangan kognitif yaitu tahap sensorimotor, tahap pra operasi, tahap operasi konkrit, tahap opersi formal. Paulo Freire mengemukakan tentang “Pendidikan kaum tertindas”, Bank of Education dan problem solving of education.



1.2. Maksud dan Tujuan
Tujuan penulisan laporan mengenai aplikasi teori pendidikan di dalam kegitan belajar-mengajar ini adalah:
1. Mengenal macam-macam proses pengajaran
2. Memahami teori-teori pendidikan
3. Mencari tahu “apa-apa yang dilakukan oleh seseorang guru”
4. Berinteraksi dengan lingkungan pendidikan
5. Mencari tahu respon siswa terhadap metode pengajaran oleh guru
6. Menyelesaikan tugas pedadodig

1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam menyusun laporan ini luas meliputi : Siswa, Guru, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, KTSP, RPP, Silabus, Buku Teks, Lks, Classroom Practices, Ekskul. Akan tetapi saya hanya membatasi ruang lingkup sebatas Siswa dan Guru.
1.4. Metode yang digunakan
Metode yang dipergunakan dalam laporan ini berupa metode Kualitatif, dimana Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara
1.5. Sumber
Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini adalah pertanyaan dari teori pendidikan yaitu teori Ralph W Tyler, Benjamin S Bloom, John Dewey, Jean Piaget, Paulo Freire dan Guru & murid sebagai fasilitator dari Jawaban pertanyaan itu.




BAB II
INFORMASI

SEKOLAH
Nama sekolah : SMPN 1 PONDOK AREN
Alamat : Jl. Prima Barat No. 59 Komplek Pondok Kacang Prima, Pondok Kacang Timur Pondok Aren, Tangerang, Telp. 021-7318764Prima
Bayaran/SPP : RP. 70.000/bulan

GURU
Nama Guru : Ibu Siti Annisa S.E
Latar Belakang Pendidikan : IKIP Malang
Pengalaman Mengajar : Selama 24 Tahun
Jabatan : Guru kelas 9 & kepala koperasi

MURID
Nama Siswi : Baghea Nurul Mariam
Kelas : 9
SMP : SMPN 1 PONDOK AREN






BAB III
PRATEK PEMBELAJARAN BERDASARKAN
TEORI PENDIDIKAN& ANALISIS

Pertanyaan buat guru
• Apakah ibu membuat tujuan pembelajaran sebelum ibu mengajar?
Jawaban: ya, saya membuat tujuan pembelajaran berbentuk RPP&laporan tahunan tetapi saya membuatnya sekaligus.
Dari pertanyaan tersebut mengarah ke teori Ralph W Tyler dan ibu guru menerapkan pembuatan tujuan sebelum mengajar di kelas.
• Apakah tujuan pembelajaran yang ibu buat itu disesuaikan dengan kurikulum sekolah/KTSP?
Jawaban: ya, saya membuat tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum sekolah.
Pertanyaan ini juga mengarah ke teori Ralph W Tyler, ternyata sang guru menyesuaikan dengan kebijakan kurikulum yang berlaku.
• Apakah ibu mengetahui siswa yang sudah paham?
Jawaban: saya bisa mengetahui siswa paham itu dengan cara saya melemparkan pertanyaan ke siswa, siswa yang menjawab itu berarti paham.
Pertanyaan itu mengarah ke teori “taxsonomi of education” yaitu domain kognitif tentang komprehensi. Sang guru mengetahui siswa itu memahami murid itu dengan melihat siswa menjawab pertanyaannya.
• Berapakali ibu memberikan ujian buat siswa?
Jawaban: setelah bab tentang materi itu tuntas biasanya saya laksanakan ujian , tetapi sebelumnya saya memberitahukan terlebih dahulu ke siswa
• Didalam materi tentang uang, apakah ibu menggunakan media dalam proses belajar?
Jawaban: ya saya menggunakan media yaitu berupa uang, lalu saya jelaskan nilai yang terkandung dalam uang.
Pertanyaan ini mengarah ke teori Jean Piaget, dimana dalam mengajar harus menggunakan perantara yaitu media. Sang guru ini menggunakan teori Jean Piaget yaitu menggunakan media.
• Apakah ibu menggunakan model pilihan ganda& Essai didalam ujian harian?
Jawaban: ya, saya menggunakan model karena menurut saya ini efektif buat siswa, dimana didalam essai itu gambaran kemampuan siswa.
• Apakah dalam bab lembaga keuangan ibu melakukan observasi bagi siswa?
Jawaban: dikarenakan tidak memungkin membawa ke siswa kesalah satu bank oleh karena itu saya tidak melakukan observasi.
Pertanyaan ini mengarah ke teori John Dewey, dimana John Dewey menggunakan konsep beljar dilur dari buku saja( Hands of Learning), tetapi karena ada kendala dalam mengadakan observasi maka guru ini tidak menggunakan konsep John Dewey.
• Didalam materi tentang uang, ibu melakukan diskusi kelompok bagi siswa?
Jawaban: ya, saya menyuruh siswa mencari kurs mata uang asing, lalu dibuat artikel kemudian di diskusikan kelompok.
Pertanyaan ini mengarah ke teori Paulo Freire dikarenakan menggunakan diskusi didalam kelas dan murid ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajr-mengajar.
• Apakah yang diharapkan oleh ibu dari siswa di setiap pertemuan, apa ingin siswa hanya mengetahui, memahami, mengaplikasikan?
Jawaban: ya saya mengharapkan itu semua, misalnya siswa tidak hanya mengetahui uang itu hanya bisa dibelanja saja, tetapi mengetahui didalam uang itu terdapat nilai nominal&intriksik, memahami bahwa uang itu susah dicari, dan siswa mengaplikasi dengan cara tidak boros dalam penggunaan uang.
Pertanyaan ini mengarah ke teori Benjamin S Bloom, dalam domain kognitif , sang guru mengharapkan semua yang terdapat dalam domain kognitif murid bisa raih.
• Apakah ibu hanya mentransfer ilmu, siswa mencatat dan menghafal?
Jawaban: tidak, saya mendorong siswa ikut berperan dengan cara saya melemparkan pertanyaan dan menyuruh bertanya apabila belum mengerti.
Pertanyaan ini mengarah ke teori Bank of Education, tetapi guru ini menerapkan metode dialogis dimana terdapat partipasi murid dengan guru.
• Apakah ibu mengadakan remedial bagi siswa yang nilainya kurang?
Jawaban: ya, saya akan mengadakan remedial bagi siswa yang nilainya belum mencukupi, apabila didalam remedial belum tercukupi juga saya memberikan kesempatan 3 kali remedial, dan apabila 3kali remedial juga nilainya belum terpenuhi, saya akan memberikan tugas.
Pertanyaan ini mengarah ke teori Mastery Learning, dimana apabila ada murid yang belum tuntas nilainya maka diperboleh untuk meremedial ujiannya.
• Apakah dalam mengevaluasi siswa , ibu melihat dari aspek kognitif, afektif, psikomotor?
Jawaban: kognitifnya saya ambil dari soal-soal yang saya berikan, afektifnya saya lihat dari murid itu perhatian terhadap materi yang saya sampaikan, psikomotor saya lihat pakah murid itu mengerjakan tugas saya.
Pertanyaan ini mengarah ke 3 domain taxsonomi of Education, ternyata guru mengevaluasi siswa melalui 3 domain ini yaitu domin kognitif, afektif, psikomotor.

Pertanyaan buat siswa
• Didalam bab uang, apakah guru anda membagi kelompok diskusi?
Jawaban: ya, bu annisa menjelaskan lalu membagi kelompok diskusi
Pertanyaan ini mengarah ke teori Paulo Freire, dimana menggunakan diskusi dalam belajar dikelas. Ternyata kata siswa bahwa gurunya menerapkan diskusi dalam kelas.
• Didalam bab uang juga, apakah guru anda menggunakan media?
Jawaban: ya , bu annisa menjelaskan dengan media yaitu uang kertas
Pertanyaan ini mengarah ke teori Jean Piaget, dimana dalam proses belajar-mengajar harus menggunakan media. Ternyata didalam bab uang, guru menggunakan media yaitu uang.
• Dalam bab lembaga keuangan , guru anda menyuruh/ membawa anda ke bank?
Jawaban: bu annisa tidak membawa kami ke bank dan tidak juga menyuruh kami ke bank
Pertanyaan ini mengarah ke hands of learning pembelajaran langsung/ pembelajaran diluar dari buku. Ternyata guru tidak menerapkan teori John Dewey ini.



















BAB IV
KESIMPULAN

Masalah pendidikan itu terkait dengan system Kurikulum yang dianut, Kurikulum juga memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu.
Sebelum saya melakukan interview/wawancara, saya berpikiran bahwa didalam suatu proses belajar-mengajar hanya menerapkan salah satu teori pendidikan saja, tidak menerapkan semua teori pendidikan. Setelah saya melakukan interview/wawancara langsung kepada guru dan murid ternyata bahwa proses belajar-mengajar bisa menerapkan teori pendidikan secara campuran/variasi dengan cara menggabungkan teori-teori pendidikan.